Bab 42 Serangan Balasan

984 Kata

Langit Jakarta pucat, dan aroma kopi pagi baru saja menyentuh langit-langit dapur saat Andini melangkah masuk. Rambutnya disanggul rapi, blus putih longgar membalut tubuh rampingnya, dan wajahnya tenang seperti pagi yang tak menyimpan ancaman. Langkahnya sempat tertahan. Melati sudah di sana. Perempuan muda itu berdiri di depan wastafel, mencuci daun selada dengan gerakan pelan dan presisi. Gaun rumah warna nude menyapu cahaya matahari dari jendela, rambutnya tergerai, wajahnya bersih. Diam. Itu bukan gaya Melati yang biasanya sibuk menyuruh pelayan ini-itu, atau menyisipkan kalimat “aku istri di rumah ini” ke dalam percakapan. Andini sempat mengangkat alis, lalu melangkah ke sisi rak kopi tanpa berkata apa-apa. “Kamu bangun pagi sekali,” ucapnya akhirnya, suaranya datar. Melati me

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN