Ruang dapur itu sunyi. Jam dinding berdetak pelan, menandai setiap detik yang seolah menambah berat di d**a Roy. Lampu gantung menyala temaram, memantulkan cahaya ke meja marmer tempatnya berdiri. Di tangannya, sepotong roti sisa sarapan pagi tadi, makanan yang semestinya biasa saja, tapi kini membuat perutnya bergejolak karena firasat aneh yang tak mau diam. Roy menatap roti itu lama, seolah sedang menatap bukti pengkhianatan yang belum diucapkan. Ia mengeluarkan alat uji sederhana yang dibelinya diam-diam dua hari lalu dari laboratorium rekanan perusahaan. Hanya butuh satu tetes cairan bening. Hasilnya akan berubah warna jika ada kandungan arsenik atau logam berat tertentu. Ia meneteskan cairan itu. Menunggu lalu menyaksikan perubahan warna perlahan, dari bening menjadi biru keabu-abu

