Bali, siang hari. Langit biru menghampar di atas atap kaca gedung tempat konferensi internasional digelar. Dari lantai tertinggi hotel bintang lima itu, Roy menatap lautan sambil mengaduk kopinya tanpa minat. Di belakangnya, Melati menurunkan ponsel dari telinga. Sudah tiga kali ia mencoba menghubungi ayahnya hari ini. Tak ada jawaban. Sama halnya dengan satu nomor yang paling ia tunggu: Vano. Tidak ada kabar apapun dari pesan terakhir yang dikirimkan. Melati sudah meminta bantuan Surya, tetapi hasilnya belum ada. Bahkan, dia harus menerima kenyataan kalau Andini sedang hamil. Pewaris kedua sudah dilukis. Jika dia tidak segera mengamankan posisi, semua pengorbanan yang dilakukannya akan menjadi sia-sia. “Sayang,” Roy menoleh, “kamu gak ikut sesi sore?” “Aku pusing. Kayaknya kepanasan

