Setelah sarapan, sebagian pelayan mulai merapikan meja. Melati masih berdiri di dapur kecil dekat ruang makan, mencuci tangannya sambil memastikan semua peralatan dipindahkan sempurna. Roy sudah kembali ke kamar. Andini masuk, pelan tapi pasti. Suara sepatunya menyentuh lantai marmer seperti intro dari lagu yang hanya dinyanyikan saat perang akan dimulai. Melati menoleh, tersenyum ringan. “Ngapain ke sini? Aku bisa melakukan semuanya sendiri.” Andini berdiri di seberang meja, matanya terlalu tenang untuk dibilang ramah. “Kamu nggak dengar yang suamiku katakan? Berhenti berpura-pura jadi ratu di sini. Rumah ini milik suamiku, bukan suamimu.” Melati mengeringkan tangannya. “Aku menantu di rumah ini.” Andini mengangkat sudut bibirnya. “Lalu?” “Mertua harusnya senang kalau menantun

