Hari demi hari berlalu seperti biasanya. Tidak ada sesuatu yang signifikan terjadi setelah acara pulang ke Gresik. Aku kembali bekerja seperti biasa, begitu pun dengan Mas Fendi. Kami kembali disibukkan dengan rutinitas kantor yang tiada habisnya. Hubungan kami masih seperti sebelumnya. Baik, tetapi agak mengambang. Mengambang dalam arti kami masih menunggu pergerakan dari kedua orang tuaku. Selama ini aku bukannya tinggal diam. Jika memungkinkan, aku menelepon Ibu. Aku sudah tidak terang-terangan mengharapkan restu, tetapi menggunakan kode yang aku yakin justru membuat Ibu lebih paham. “Kalau orang sebaik Mas Fendi aja enggak boleh kupercaya, mungkin aku enggak usah nikah aja kali, ya, Bu? Kan aku juga ada duit di sini. Hidupku udah bahagia meski sendiri.” Itu adalah salah satu kode y