“Mas udah fix pulang ke Semarang besok pagi?” ini adalah pertanyaan yang sudah kuulangi lebih dari tiga kali hari ini. Pagi tadi dua kali, lalu menjelang siang, lalu baru saja. “Iya, Siiil.” Mas Fendi menatapku gemas. “Udah enggak bisa diundur. Pesawat juga sudah saya pesan.” “Terus malam ini beneran mau menginap di hotel? Enggak lanjut di sini aja?” “Enggak. Saya harus pamit hari ini. Saya enggak enak kalau menginap lagi. Sayang juga sama hotelnya.” Aku mengangguk, bingung harus membalas apa lagi. Mau memaksa, malah rasanya aneh. Mas Fendi juga pasti bingung kalau harus berada di rumahku lebih lama, sementara sinyal positif dari Ibu belum juga muncul. Memang sudah paling tepat kalau dia pulang hari ini. “Tenang saja, Sil. Lain kali saya akan ke sini lagi. Janji.” Mas Fendi mengulurk