“Mbak Sisil masih ke kampus aja, padahal perut udah gede gituuu!” Nena berlari ke arahku, kedua tangannya langsung menyentuh perutku. “Aku lihatnya agak ngeri. Udah berapa bulan sekarang, Mbak?” “Sembilan bulan lima hari.” Nena mendelik. “Asli? Lima hari lagi lahiran?” Aku tertawa, lalu menggeleng. “Eh, enggak?” “Enggak tahu, maksudnya. Kan bisa maju, bisa mundur. Kalau dari HPHT, ini emang udah sembilan bulan lima hari.” “Apa belum ngerasa gimana-gimana gitu, Mbak?” Aku menggeleng. “Alhamdulillah enggak. Sejauh ini baik-baik aja.” “Ini Mbak ke kampus ngapain? Bimbingan? Udah sampai mana tesisnya?” “Aku ke kampus buat nyusulin berkas sidang. Kemarin ada yang ketinggalan.” “Hah?” Mata Nena kembali mendelik. “Mbak Sisil udah selesai dan nekat daftar sidang?” “Kenapa emangnya? Aku