Apa aku akan menjadi anak yang durhaka jika menentang Ibu dalam hal memilih suami? Apa jika aku bersikeras dengan pilihanku, maka aku akan menjadi anak yang tidak tahu diuntung? Pikiran-pikiran yang semacam itu menghantuiku terus menerus. Terlebih setelah curhat dengan Ibu tadi pagi, saat beliau semakin menunjukkan betapa beliau tidak setuju dengan Mas Fendi. Jika melihat dari sudut pandang Ibu, wajar beliau begitu. Dalam arti, beliau sangat khawatir karena trauma di masa lalu memang tidak main-main. Beliau tidak ingin aku mengikuti jejak beliau. Namun, jika melihat dari sudut pandangku, bukankah itu sangat tidak adil? Dan bukankah aku sudah cukup dewasa untuk menentukan jalan hidupku sendiri, termasuk itu dalam memilih pasangan hidup? Aku tahu betul. Dalam agamaku, seorang Ayah bahkan