53. Hati Ibu

1622 Kata

“Ibu enggak mungkin nolak tamu, tapi kamu jangan berharap banyak dulu, Sil.” Hari masih pagi, tetapi Ibu sudah mengeluarkan ulti. Membuatku yang tadinya sedang menyunyah pisang goreng, seketika berhenti. Sebenarnya aku tidak kaget karena ibu sudah mengatakan hal yang serupa sejak kemarin. Namun, tetap saja, kalimat itu tidak mungkin tidak membuatku terganggu. Berikutnya, aku menoleh. Ternyata Ibu juga menoleh. Tatapan beliau tampak lurus dan serius. “Ibu sungguh-sungguh, Sil.” Aku buru-buru menelan pisang gorengku. “Ibu masih sesulit itu berdamai dengan masa lalu?” “Ini bukan soal berdamai atau enggak, Sil. Ibu cuma ingin melindungimu. Kalau enggak berdamai, Ibu enggak mungkin ngelahirin kamu, Putra, dan Novia. Saat kamu ada di rahim Ibu, lebih dulu Ibu sudah berdamai dan menyerahkan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN