Perang Batin

2270 Kata

Hening menyapa dalam ruangan bernuansa putih berukuran luas itu. Hanya deru napas yang terdengar, ditemani derak jarum jam yang terus bergulir. Pria paruh baya berkacamata itu tak henti menatap bangsal di mana putri tercintanya tergolek lemah. "Pa, Mama mau ke kantin dulu beli kopi, Papa mau juga?" Pria bernama Ryuji itu menoleh, kemudian mengangguk. "Papa mau sekalian Mama belikan makan siang? Papa pasti belum makan." Tania, sang istri kembali bertanya. "Papa tidak sedang ingin makan," tolak Ryuji. "Papa jangan bersikap seperti anak kecil. Kita sudah tidak muda lagi Pa, penyakit akan mudah datang kalau kita tidak waspada dengan mencegahnya." "Semangkuk mie rebus dengan telur setengah matang sepertinya enak." Meski tak memiliki nafsu makan, tapi akan lebih baik jika pria itu memesan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN