Sasmita memencet bel apartemen Bima dengan tidak sabar, berharap pria itu lekas membukakan pintu untuknya. Namun hampir satu jam ia menunggu tidak ada tanda-tanda Bima membukakan pintu untuknya dan itu cukup mampu membuat Sasmita menjadi was-was. Setelah ia menunggu dalam putus asa, tiba-tiba pintu lift terbuka dan keluarlah Bima dari sana. Melihat pria itu entah mengapa Sasmita menjadi terluka, dia menangis dan langsung menghampiri Bima untuk berhambur ke dalam pelukannya. “Maafkan aku.” “Hey. Kenapa menangis?” Bima mencoba menangkup pipi Sasmita menggunakan telapak tangannya. “Aku yang salah, karena aku, kamu di pecat.” “Astaga!” “Sudah ayo. Lo cerita di dalam, sepertinya keadaan lo nggak baik – baik saja.” Bima merangkul Sasmita dan membawanya ke dalam apartemennya. Di sana Sasmit