Tatapan mata Sasmita beberapa hari ini terasa berbeda. Tidak tampak gelora semangat seperti beberapa hari yang lalu, karena wanita itu kini tampak banyak melamun. “Melamunin apa toh Mbak Mita.” Tegur Bu Dewi; salah seorang buruh tani yang bekerja dengannya. “Mboten, Bu.” “Pasti memikirkan anak-anak tho?” Sasmita tertunduk lesu sembari tersenyum getir. “Kentara sekali ya Bu?” “Cahaya di wajah Mbak Mita meredup setelah anak-anak pulang. Kenapa ndak rujuk saja toh sama Pak Pras?” “Mas Pras sudah menikah lagi, Bu. Mana mungkin kami bisa rujuk? Jikapun bisa. Itu tidak akan mudah untuk kami berdua.” “Loh Mbak Mita ndak tahu? Pak Pras dan Rahma sudah berpisah mungkin sekitar dua tahun yang lalu.” “Tidak mungkin, Bu. Mas Pras mencintai Rahma dengan tulus.” “Seingat saya sih memang mereka b