“Percuma kamu mencari mereka. Anak – anakku sudah lupa siapa kamu, dan mereka kini punya Ibu baru yang jauh lebih perhatian dan menyayangi mereka dengan tulus.” Sakit. Kata – kata Pras seperti bom yang mampu menghancurkan Sasmita hingga berkeping – keping. Sasmita di kamar terus menangis, sampai beberapa temannya menatap khawatir karena Sasmita tidak menjawab mereka tentang alasannya menangis. “Tuan Besar Candra nyari kowe terus, Sas. Aku kudu jawab piye?” “Bilang saja aku sakit, Yu.” Ayu menghela napasnya, “Mau sampai kapan kowe menangis terus? Yang ada teman – teman lain semakin menggunjingmu, Sas.” “Aku ngerti. Tapi aku butuh waktu.” “Ya wis. Tapi ojo suwe – suwe yo?” Sasmita mengangguk, Ayu menepuk pelan bahu sahabatnya itu lalu beranjak keluar. Sedangkan Sasmita masih bergelung d