96. Pertemuan 2

2104 Kata

Sekilas tentang beberapa menit sebelum duduk manis di bangku ruang makan kediaman Dhanandjaya, Rinai bertanya runtut. "Mas, lipstik aku ketebelan, nggak?" Di sebelum buka sabuk pengaman, Rinai poles lagi bibirnya. Tadi dirasa kurang cetar, tetapi sekarang khawatir terlalu membahenol halilintar warna bibirnya. Kan, bahaya. Bisa turun value-nya di mata calon ayah mertua--eh? Hanya karena lipstik semata. Barangkali terlalu menor, ya, kan? "Nggak. Lagian kenapa pakai cat bibir?" "Cat bibir? Ini lipstik, kali. Nggak epic banget cat bibir." Sewot dia. Arsen menahan tawa gelinya. "Barangkali ketebelan, mau aku hapus dikit gitu," kata Rinai lagi. Ambil tisu. "Sini biar Mas bantu." Rinai praktis menoleh. By the way, mereka sudah di pelataran luas kediaman Dhanandjaya, tetapi di depan sana p

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN