"Mama, belbi Alna, Mama ... punya Alna." Tak terasa, ya, waktu berjalan teramat cepat. Hari-hari yang berat sudah berlalu dan kini anak-anak Rinai sudah bisa bicara. Oh, tak hanya itu. "Barbie Arinnya mana? Hayo ...." "Dicembunyiin Alna, Mama. Ciniin dulu belbi Alin." Gara-gara belum bisa bilang R dengan fasih, jadi saja menyebut diri sendiri Alin. R-nya lebur menjadi L. Anak-anak Arsen dan Rinai, di mana mereka sudah pandai bertengkar, berebut mainan, meski terkadang juga saling sayang, saling membela satu sama lain ketika Arin atau Arna kena omel mamanya. "Nggak, Alna nggak cembunyiin belbi Alin, Mama. Alin yang ilangin belbinya." "Bohong!" Demikian itu, bertempurlah mereka. Anak perempuan, eh, saling jambak-jambakan, lalu cakar. Aduh, aduh ... Rinai gegas memisahkan. "Arin, Ar