Ch-7 Jadilah Dokterku!

1221 Kata
Di dalam klinik. Raina sedang duduk termenung dalam ruangan kerjanya. Sudah tiga hari berlalu dia tidak menerima kabar dari Rey Antoni. Wanita itu tengah menyangga dagunya seraya melamun. Bayangan dalam benaknya berputar, Raina mengingat kembali kejadian di kantor polisi. Dua hari lalu setelah pulang dari dermaga dia dipanggil ke kantor polisi untuk dimintai keterangan terkait laporan Rey. Hari itu adalah hari terakhir dia melihat wajah dingin Rey. Raina merasa bersalah lantaran sudah menyalahkannya. Pria itu keluar dari kantor polisi dengan gaya angkuh dan dingin. Rey bahkan tidak menatap ke arah Raina sama sekali seolah wanita itu benar-benar sosok asing yang tidak pernah dia temui. Beberapa detik kemudian Raina tersadar dari lamunannya. Dia mendengar ketukan pintu dari luar ruangan kerjanya. “Masuk!” “Ini laporan hari ini Dokter.” Ucap asisten yang dia pekerjakan untuk berjaga di lobi. Gadis itu menyerahkan data laporan tamu hari ini pada Raina. Raina melihat data tersebut sejenak, lalu mengangkat wajahnya. “Aku sudah melihatnya, bawalah kembali ke meja lobi.” Raina menyodorkan buku tersebut kembali pada asistennya. “Baik, Dokter.” Hari sudah sore, klinik Raina sudah tutup. Gadis itu bersiap untuk pulang kembali ke rumah. Asisten Raina pulang lebih dulu sekitar lima belas menit lalu. Raina sedang bersiap di dalam ruangan kerjanya. Wanita itu mencuci kedua tangannya pada westafel di dalam ruangan tersebut. Setelah mengeringkan telapak tangannya dia segera menyambar tasnya dan berjalan menuju pintu keluar. Raina mengunci pintu klinik lalu masuk ke dalam mobilnya. Dalam benaknya masih tersimpan banyak pertanyaan tentang Rey. Sebuah kejutan luar biasa ketika dia tiba di kediamannya, Raina melihat Rey sedang duduk di kursi beranda seraya memainkan zippo dalam genggaman tangan kanannya. Rey melihat Raina keluar dari dalam mobil, wanita itu tengah berjalan menuju ke arahnya. Tanpa berkata apa-apa Raina langsung membuka pintu rumah. Wanita itu berdiri seraya menahan daun pintu, isyarat tersebut dia tujukan pada Rey agar lekas mengikutinya masuk ke dalam. Rey mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling, pertama kali yang dia lihat sofa warna merah gelap dengan corak bunga melati berwarna ungu muda. Rumah Raina tidak begitu besar namun juga tidak terlalu kecil dan sempit. Rumah dua lantai tersebut terlihat nyaman untuk ditinggali seorang diri seperti Raina. Raina berlalu masuk ke dalam, wanita itu kembali ke ruangan utama dengan dua cangkir minuman hangat dalam genggaman kedua tangannya. Dia meletakkan minuman tersebut di atas meja ruangan utama. Raina duduk di sofa seraya meneguk minuman miliknya. Rey masih berdiri melihat-lihat. Di dinding terpajang beberapa lukisan hutan belantara, hutan tersebut terlihat sangat gelap dan rimbun. Rey berdiri di depan salah satu lukisan, pria itu menatapnya dalam waktu cukup lama. “Kamu tidak mengusirku?” Rey memutar tubuhnya dan kini pria itu melangkah pelan mendekati Raina. “Duduklah, aku membuatkan minuman hangat untukmu.” Nada suara Raina terdengar begitu tenang. Tanpa ragu Rey menghenyakkan tubuhnya di sebelah Raina. Pria itu mengambil cangkir dari atas meja lalu meneguk minumannya perlahan. Minuman tersebut terasa tidak terlalu manis, perlahan tenggorokannya mulai menghangat rasa itu menjalar ke seluruh tubuhnya. Pada detik berikutnya Rey menoleh menatap Raina di sebelahnya. “Kamu tidak bertanya kenapa aku datang ke sini?” “Mungkin saja kamu merindukanku.” Sahut Raina seraya menoleh ke arah Rey, membalas tatapan pria tersebut. Satu detik berikutnya tawa mereka berdua meledak. “Aku sudah menemukan obatku.” Rey mengukir senyum penuh misteri. Dia menatap Raina, wajah wanita itu terlihat sangat penasaran. “Wah, aku mengucapkan selamat padamu, Presdir.” Raina tersenyum tulus, dia merasa senang kalau Rey bisa sembuh. Maka untuk hari ke belakang dia tidak akan diganggu lagi oleh pria tersebut. “Kamu adalah obatku, Raina.” “Uhuk! Uhuk!” Raina langsung tersedak mendengar pernyataan tersebut. “Apa maksudmu? Bisakah kamu memperjelas apa maksud dari ucapanmu barusan?” “Ya, aku tidak mendapatkan mimpi buruk ketika bersama denganmu di gudang. Aku ingin mempekerjakan mu sebagai dokter pribadiku. Kamu hanya perlu membuatku agar tidak mengalami mimpi buruk lagi. Bolehkah aku mendapatkan terapi seperti yang kamu lakukan saat kita berdua tertahan di gudang?” Raina membeku mendengar permintaan Rey Antoni. Wajahnya mendadak terasa panas sekali. Bagaimana mungkin dia memberikan terapi itu untuk Rey. Bisa-bisa nama baiknya sebagai dokter akan tercemar lantaran menerima tawaran tersebut. Rey bisa melihat perubahan drastis pada wajah Raina, kulit wajah bersih Raina kini terlihat memerah. “Aku tidak bisa!” Sahut Raina. “Kenapa?” Rey spontan menoleh dengan tatapan mata penuh selidik. “Pokoknya tidak bisa!” “Ah, apa jangan-jangan saat itu kamu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Karena itu kamu menolak memberikan perawatan padaku?!” Tebak Rey terang-terangan. “Hah? Aku mengambil kesempatan?” Raina menunjuk wajahnya sendiri dengan tatapan tidak percaya. “Bisa-bisanya pria ini, astaga!” “Kalau tidak ada, maka tandatangani ini. Jadilah dokter pribadiku, Nona Raina!” Rey mengeluarkan secarik kertas dokumen dari dalam jasnya, lalu mengulurkan bolpoin pada Raina agar wanita itu bersedia menandatangani dokumen tersebut. “Aku, aku, Presdir sebenarnya ini sangat memalukan untuk dibahas. Tapi saya harus mengatakannya pada Anda.” “Okay, katakan saja. Aku akan mendengarkannya baik-baik.” Rey melipat kedua tangannya menunggu Raina menceritakan semuanya. Tentang apa yang sebenarnya terjadi pada malam saat mereka berdua terkurung di dalam gudang. “Presdir mengalami mimpi buruk, dan saya hanya menenangkan Anda. Hanya itu yang saya lakukan.” Jelas Raina padanya. “Saya sarankan Anda sebaiknya membayar wanita untuk melakukannya, mungkin Anda perlu membina hubungan khusus dengan seorang gadis.” Tambah Raina padanya. Menurut Raina, Rey hanya butuh seseorang yang bisa menemaninya. “Lalu? Aku harus membiarkan berapa banyak wanita mengetahui kalau aku ini sakit?! Kamu ingin membuat nama baikku tercemar? Keluar dari dalam kediamanku mereka akan membahasnya dari mulut ke mulut. Kamu adalah dokter jadi lakukan saja tugasmu sebagai dokterku! Tandatangani ini. Ah, apa kamu pikir aku pria yang akan mengambil kesempatan dalam kesempitan? Saat kita terkurung di dalam gudang bersama, kamu juga tahu sendiri apa yang aku lakukan? Seluruh ruangan di dalam kediamanku dipasang cctv. Aku terbiasa hidup dalam pengawasan, bahkan ketika aku tidur.” Rey mulai tidak sabar karena Raina malah menyarankan dia untuk memulai hubungan khusus dengan seorang wanita. “Jika aku masih menolak, apa yang akan kamu lakukan?” Tanya Raina dengan wajah penasaran. “Aku akan membuatmu menerimanya, selambat-lambatnya dua bulan lagi kamu akan datang sendiri padaku.” Rey berdiri dari kursinya pria itu menunjuk kaki Raina sambil tersenyum, tanpa berkata apa-apa pria itu bergegas keluar dari meninggalkan kediaman Raina. Raina meraba kakinya sendiri, dia memeriksanya apakah ada sesuatu yang salah di sana. Raina mencoba mengingat makna dari ucapan Rey barusan, pria dengan zippo, sarung tangan, parfum, warna suara, sakit pada kaki dua bulan lagi! Dia baru ingat kalau dia pernah bertemu dengan seseorang, orang tersebut sudah menginjeksikan sesuatu dalam pembuluh darahnya satu bulan lalu, dan dia akan merasakan sakit pada kakinya. Lebih tepatnya hal itu terjadi saat dia diculik dan ditahan di dalam mansion! Satu bulan sudah berlalu jadi tinggal tersisa dua bulan. Wajah Raina mendadak berubah tegang, hanya satu nama yang dia ingat saat hal itu terjadi. “Reeeeeyyyyyyyy!” Teriakan Raina terdengar sampai ke luar rumah. Raina segera berlari keluar untuk mengejar Rey. Rey sedang menyulut rokoknya seraya bersandar di samping kab mobil miliknya. Pria itu tersenyum melihat Raina melangkah keluar dari dalam rumah. Rey melambaikan dokumen di depan wajahnya sendiri menunjukkannya pada Raina yang kini tengah berdiri di ujung anak tangga beranda rumah. Tentu saja dia ingin agar Raina segera menandatanganinya!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN