Ch-6 Pelukan Raina!

1881 Kata
Raina disekap oleh sekawanan penculik di sebuah bangunan dekat dermaga. Wanita itu mendengar beberapa suara pria terbahak-bahak. Ia juga mendengar dentingan botol minuman di luar ruangan. Raina tahu kalau kali ini bukan ulah Rey yang membuatnya berada dalam situasi rumit tersebut. “Siapa mereka? Kenapa mereka menculikku? Apa yang sudah terjadi sebenarnya?” Raina bertanya-tanya dalam hatinya. Mulutnya dan kedua matanya ditutup, tubuhnya diikat di sebuah kursi. Raina mencoba meronta untuk membebaskan diri tapi tetap tidak bisa. Di sisi lain.. Rey melarikan mobilnya untuk menyusul Raina. Dia tahu lokasi dermaga tidak jauh dari mansion miliknya. Hanya melewati hutan sejauh tiga kilometer dia akan melihat dermaga tersebut. Sepuluh orang pengawal ikut menyusul Rey ke dermaga lantaran cemas dengan kondisi presdirnya tersebut. Rey tiba di sana, pria itu segera turun dari dalam mobilnya. Hujan tiba-tiba turun deras sekali, Rey menyisir dermaga tapi tidak menemukan Raina di dalam kapal yang tertambat di sana. Rey mulai panik, pria itu merasa ikut bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan Raina Jenie lantaran sebelumnya dialah yang sudah menculik wanita itu. Tubuh Rey basah kuyup terguyur derasnya hujan. “Raina! Rainaaaaa!” Teriakan Rey membuat dua orang yang mengurung Raina muncul. Mereka berdua baru saja hendak meninggalkan gudang setelah mengurung Raina di dalam sana. “Wah-wah! Ada pria pemberani rupanya di sini!” Ejek salah satu dari mereka. Rey tidak memiliki ketrampilan berkelahi, baru saja berniat melawan dia sudah ikut tertangkap dan dijadikan tawanan oleh mereka. “Hei! Lepaskan aku! Kalian tidak tahu aku siapa hah?! Kalian cari mati!” Teriak Rey pada dua pria bertubuh besar yang kini menyeretnya masuk ke dalam gudang. “Aku akan membuatmu membusuk di dalam gudang! Hahahaha!” Gelak tawa menggelegar dari mulut dua pria tersebut. Dua pria itu membuka sebuah pintu. Di bawah pencahayaan sinar lampu temaram Rey melihat Raina. “Raina?” Panggilnya pada wanita yang kini sedang diikat di sebuah kursi dalam ruangan tersebut. “Ummm!” Jerit Raina padanya. Rey didorong masuk ke dalam, pria itu dilepaskan lalu pintu dikunci dari luar oleh mereka. Rey segera melepaskan tali pada tubuh Raina. Dia juga membuka kertas perekat pada bibir wanita itu. “Bagaimana kamu bisa berada di sini?” Tanya pria itu padanya. Raina tidak berterima kasih padanya, wanita itu malah menghardiknya dengan nada emosi. “Seharusnya aku yang bertanya padamu! Kenapa kamu bisa tahu aku ada di sini?!” Rey tercekat, dia tidak mungkin mengaku kalau dialah yang tadinya menculik Raina. Pria itu hanya menggaruk keningnya seraya memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari dokter wanita tersebut. “Ah, itu sebenarnya..aku tidak sengaja lewat dan melihat kamu dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil. Ya, begitu! Aku pria sejati jadi mana mungkin diam saja melihat wanita dibawa pergi lalu mengabaikannya begitu saja.” Jawabnya pada Raina dengan nada gugup. “Kamu pikir aku akan percaya!? Pria sejati kamu bilang? Berkelahi saja tidak becus!” Ejek Raina padanya. “Okay, aku tidak akan menyangkal. Aku yang salah, jadi sekarang sebaiknya kita pikirkan bagaimana cara kita keluar dari dalam gudang ini!” Ujarnya seraya berusaha membuka pintu besi yang mengurung mereka berdua di dalam ruangan dengan dinding beton tersebut. “Kamu punya ponsel kan? Jangan bilang kamu meninggalkannya!” Bentak Raina padanya. “Tepat sekali! Dan aku memang meninggalkannya karena terburu-buru menyusulmu ke sini!” Ucapnya seraya meringis menoleh ke arah Raina yang kini sedang melipat kedua tangannya berdiri tepat di sebelahnya. “Nah! Kamu mengaku juga akhirnya! Kamu mengawasiku selama ini!” Raina mengepalkan tangannya dengan jengkel menghardik Rey terus-menerus. “Tenanglah, jangan berteriak terus!” Bentak Rey pada wanita itu. Di luar gudang hujan turun dengan sangat deras, Rey sedang berusaha untuk membuka pintunya tapi pria itu tidak bisa membukanya. Para pengawal juga tertahan di tengah jalan lantaran jalan tepi hutan longsor parah sekali. Kemungkinan mereka baru bisa menyusul Rey dan tiba di sana pada keesokan harinya itu pun harus memilih jalan alternatif lain dengan memutari wilayah hutan. Rey duduk bersandar di dinding, pria itu merogoh dalam saku celananya. Rupanya dia membawa pemantik dalam saku bajunya. Rey mengumpulkan seonggok jerami serta beberapa batang kayu bakar dari sudut ruangan, pria itu membawanya ke tengah ruangan. Raina langsung melotot melihat Rey menyalakan api menggunakan pemantik tersebut. “Kamu pria pemantik itu kan?! Sudah jujur saja padaku! Akui kesalahanmu dan serahkan dirimu ke kantor polisi!” Bentak Raina seraya menodongkan sebuah kayu ke wajah Rey yang sedang menghangatkan diri di depan api unggun. “Dokter Raina, tenanglah sedikit. Cuaca di sini sangat dingin sekali, dan kita hanya tinggal berdua di sini. Kamu wanita dan aku pria. Berhentilah marah-marah, pikirkan saja apa yang akan aku lakukan padamu.” Rey langsung berdiri dari posisi berjongkok. Pria itu melepaskan jasnya lalu melemparkannya ke lantai. Kini tinggal shirt lengan panjang basah warna putih yang melekat pada tubuh bergaris atletis tersebut. Raina mulai cemas kalau pria tidak waras itu akan melakukan sesuatu padanya. Rey melangkah mendekatinya, sementara Raina terus melangkah mundur. Rambut serta seluruh tubuh pria tersebut basah kuyup akibat tertimpa hujan sebelum dimasukan ke dalam gudang beberapa menit lalu. “Aku yakin sebentar lagi polisi akan datang kemari dan aku akan melaporkanmu pada mereka!” Raina menatapnya dengan tatapan tajam. Rey hanya mengangkat kedua telapak tangannya, pria itu tersenyum nakal. “Tubuhmu lumayan juga kalau dijadikan selimut.” Seru Rey asal-asalan. “Jika kamu berani mendekat! Aku pastikan kayu dalam genggaman tanganku ini akan meremukkan kepalamu!” Ucapnya seraya mengancungkan kayu tersebut tepat di depan wajah Rey Antoni. “Wah kamu psikopat. Harusnya ancamanmu ini membuatmu ditahan di kantor polisi.” Sahut Rey seraya menggenggam ujung kayu yang kini berada tepat di depan wajahnya. Rey merebutnya lalu membuangnya ke tengah api unggun. “Slaak, trak!” “Kamu predator gila! Aku tahu kamulah yang berada di balik penculikan selama ini!” Raina nampak sangat ketakutan sekali. “Coba buktikan kalau memang aku pelakunya? Laporkan saja kepada polisi.” Ucapnya santai lalu mengurung tubuh Raina menggunakan kedua lengannya. “Jangan sentuh aku! Pria sialan!” Rey menggelengkan kepalanya. “Coba mana yang aku sentuh?” Tanyanya dengan berani. Rey hanya mengurung tubuh Raina, pria itu sama sekali tidak menyentuh sehelai rambutpun. Raina terdiam sejenak, dia menatap kedua bola mata tajam yang kini juga tengah menatapnya. “Mi-minggir!” Raina mendorong tubuh Rey menjauh darinya dengan menekan dadanya. “Lihat, kamu yang sudah menyentuhku. Bukan aku yang sudah menyentuhmu,” Desis Rey padanya. Raina secepat kilat menarik tangannya dari tubuh Rey lalu menjauh dan duduk di tepi api unggun. Rey menggerai senyum melihat wajah gugup Raina beberapa detik lalu. Pria itu menyusulnya duduk di sebelahnya. Keduanya sama-sama duduk di dekat api untuk menghangatkan diri masing-masing. Terlihat kilauan kilat menyambar di luar sana, bersama petir bersahutan. “Sepertinya badai kembali datang.” Gumam Rey pada dirinya sendiri. “Kamu hafal sekali dengan cuaca wilayah di sekitar sini! Masih saja mengelak kalau kamu bukan pria gila itu!” Sungut Raina dengan wajah kesal. “Carilah bukti, jika semua orang tahu cuaca di sini serta memiliki pemantik sepertiku, apa kamu akan menganggap mereka itu adalah penculik yang kamu sebut-sebut itu?” Timpal Rey dengan wajah tenang. “Aku hafal warna suaramu, parfummu, derap langkah kakimu dasar sialaaaan! Masih saja mengelak!” Raina mulai mengamuk memukulinya menggunakan kedua tangannya sampai Rey jatuh telentang dan Raina kini bertelungkup di atas tubuhnya. “Hei hentikan! Kamu bisa melukai wajahku! Seharusnya kamu berterimakasih aku datang untuk menyelamatkanmu!” Teriak Rey pada Raina. Raina segera bangkit bangun dari atas tubuhnya. Gadis itu masih kesal sekali padanya. “Okay, kali ini aku melepaskanmu! Awas saja kalau sampai kamu ketahuan menculikku lagi!” Raina menunjuk wajah Rey dengan penuh amarah. “Astaga! Okay, temukan bukti dan tangkap aku!” Ucap Rey seraya menaikkan kedua alisnya. “Dasar pria gila!” “Karena aku gila jadi aku berkunjung ke klinik milikmu, Raina.” “Tutup mulutmu!” Hardik wanita itu padanya. Akhirnya mereka berdua sama-sama diam. Rey merangkak menuju ke arah dinding, pria itu bersandar di sana dan tertidur. Raina masih tinggal di dekat api unggun, sesekali wanita itu menoleh ke arah Rey. Dia melihat pria itu sedang memejamkan kelopak matanya. Selang lima belas menit kemudian dia mendengar Rey berteriak histeris. “Mama.. tidak.. tidak.. tidaaaakk! Hah! Hah! Hah!” Rey menatap liar ke sekitarnya, pria itu terlihat sedang kesulitan bernapas. Keringat dingin membanjir membasahi baju basah milik pria tersebut. Membuat tubuhnya semakin basah. Raina cemas dengan kondisinya, gadis itu segera berlari mendekatinya. Raina mengulurkan tangannya untuk menyentuh kening Rey, lalu menepuk pelan kedua pipinya. “Rey? Halo? Rey? Sadarlah! Rey?” Rey langsung memeluk erat tubuh Raina. “Mama..mama.. jangan pukul aku, Mama. Maafkan aku, Mama..” Ucap pria itu seraya memejamkan kelopak matanya rapat-rapat. Raina merasakan bahunya basah lantaran air mata Rey. Wanita itu mengusap punggungnya, dia tahu Rey sedang kehilangan kesadarannya lantaran mimpi buruk yang pria itu alami barusan. “Semuanya akan baik-baik saja, tenanglah, Rey.. semuanya akan baik-baik saja.” Raina merebahkan kepala pria itu ke atas pangkuannya. Diusapnya kepala Rey dengan lembut sampai pria itu kembali lelap dalam tidurnya. Raina ikut tertidur pulas, wanita itu tanpa sadar beringsut dan tidur berbaring di sebelah Rey. Keesokan harinya Rey terjaga. “Aku tidak mendapatkan mimpi buruk lagi? Tidurku sangat pulas semalam. Ini aneh sekali.” Gumamnya seraya menatap ke sekitarnya, dan dia baru sadar kalau lengan Raina tengah memeluk pinggangnya. “Jadi? Raina memelukku sepanjang malam?!” Ucapnya dengan nada sangat terkejut. Raina mengerjapkan matanya, wanita itu melihat Rey sudah bangun dan duduk di sebelahnya. Raina merasa harus menjelaskan semuanya pada Rey tentang dirinya yang kini berada di sebelahnya. “Rey, sebenarnya semalam..” “Aku tahu, kamu tidak perlu menjelaskannya. Pasti kamu sangat kedinginan kemudian menyusul ke sini untuk memeluk tubuhku. Aku tahu tubuhku sangat hangat!” Potong Rey dengan penuh rasa bangga. “Pria ini...! Benar-benar keterlaluan!” Geram Raina seraya menggertakkan giginya. “Tenang saja, kamu tidak perlu cemas. Aku memaafkanmu..” “Tutup mulutmu!” Hardik Raina padanya karena sudah tidak tahan lagi. “Kamu mimpi buruk semalam, jadi aku menenangkanmu!” Rey terdiam, mulutnya tidak bisa berkata-kata lagi. Celah yang dia sembunyikan sudah diketahui oleh wanita di sebelahnya saat ini. “Kenapa? Kamu tidak ingin bicara sesuatu padaku?” Tanya Raina kemudian. Rey mengerjapkan kedua bola matanya, matanya mulai terasa berair. Pria itu melengos menghindari tatapan mata Raina. Beberapa detik berikutnya pintu dibuka dari luar. Pengawal Rey sudah tiba di sana, mereka membawa Rey dan Raina keluar dari dalam gudang tersebut. “Presdir tidak apa-apa kan? Apa Presdir merasa pusing?” Tanya para pengawal tersebut dengan wajah cemas. Asisten Rey menyelimuti tubuh Rey dengan selimut tebal, pria itu memapahnya keluar dari dalam gudang. Rey tidak melihat wajah Raina setelah perpisahan hari itu, pria itu menahan rasa sakitnya sendiri setiap malam. Kasus penculikan Raina juga sudah diselidiki, Rey yang melaporkan tindakan para pria yang sudah membahayakan nyawa mereka berdua. Ternyata penculik yang menahan mereka berdua memiliki dendam di masa lalu pada Raina Jenie. Sekitar satu tahun lalu Raina pernah memasukkan seseorang pasien pria ke dalam rumah sakit jiwa lantaran sudah membahayakan keselamatan orang di sekitarnya, termasuk Raina yang sudah menjadi dokter dari orang tersebut satu tahun silam. Pria itu dendam padanya, setelah berhasil kabur dari tahanan rumah sakit dia menuntut balas pada Raina malam kemarin, dia adalah salah satu dari pria yang menculiknya semalam. Dan kini mereka berdua sudah ditahan di dalam penjara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN