"Tidak mungkin, tapi aku tidak merasakan apa-apa," kataku mengelak, mencoba terus meyakinkan diri sendiri kami tidak melakukan malam panas. Namun, jawaban Pak Kaiden membuatku merasa semakin frustasi. "Ini kan bukan yang pertama, dan semalam kamu menikmati sekali permainan kita jadi tidak terasa sakit," jawab Pak Kaiden dengan nada santai, sambil terus memakan salad sayur seolah-olah hal yang dilakukan semalam hal yang biasa. Aku menggelengkan kepala, merasa marah dan kesal dengan diriku sendiri, karena aku yang duluan memaksa menciumnya. Pak Kaiden sempat menolak, tapi kenapa aku tidak ingat kejadian semalam? Apakah karena aku sudah benar-benar terpengaruh minuman beralkohol itu? Pertanyaan itu terus berputar di pikiranku. "Kalau aku hamil, gimana, Pak?" tanyaku dengan suara lirih, me