Bibah sudah mempersiapkan semua keperluannya untuk dibawa ke rumah eyangnya. Ia sudah memantapkan hatinya untuk sementara tinggal di rumah eyangnya untuk beberapa waktu. Untung saja surat pengunduran dirinya langsung disetujui oleh atasannya, jadi ia sudah tidak kepikiran soal pekerjaannya lagi. Ia ingin fokus dengan Ziya, dan menata hidupnya lagi mulai dari awal tanpa mengenal seorang pria. Bibah mendengar suara Fauzan di depan yang sedang menenangkan Ziya yang sedang menangis. Ziya tidak mau lepas dari gendongan ayahnya, seperti ia tahu kalau ayahnya akan pergi cukup lama. Bibah melihat Ziya yang tidak mau lepas dari ayahnya saat akan digendong susternya. “Masih kangen ayah? Tumben sekali lengket gini?” ucap Bibah dengan mendekati Ziya. “Sini sama ibu.” Bibah mencoba mengambil Ziya dar