Ziya membeku, duduk di hadapan banyak orang yang membawanya ke Balaidesa. Duduk berdampingan dengan seorang pria yang tidak ia kenal, sama sekali tidak dikenalnya, bahkan saat tadi berteduh saja Ziya tidak tahu menahu soal pria yang mungkin umurnya cukup jauh dengan dirinya, karena terlihat begitu muda. “Kalian sudah menghubungi orang tua kalian?” tanya Kepala Desa setempat. “Pak, maaf sebelumnya, Demi Allah kami tidak melakukan apa pun, bahkan perbuatan yang tidak baik itu. Saya hanya mau menolong Mbak ini yang mau terpeleset tadi,” ucap Pria yang duduk di sebelah Ziya, entah siapa namanya, Ziya tidak tahu. “Betul, Pak! Mas ini menolong saya yang mau jatuh, gak lebih dari itu!” pekik Ziya membela diri. “Alasan saja! Alasan yang tidak masuk akal, kalau mau berbuat tidak senonoh jangan