Pada akhirnya, Raisa hanya bisa mengerucutkan bibirnya ketika dia berakhir di sidang saat berada di rumah sakit. Tiga penguji ikut mengantarkan ke sana, karena Juan juga datang. Sang dekan menunduk malu, “Maaf dan terima kasih ya, Pak, Bu.” Bahkan ketika Raisa diberikan cecar pertanyaan, tangannya tidak bisa lepas dari genggaman Juan. Untungnya dia bisa melewati semua ini dengan baik. “Kami ke kampus lagi ya, Pak. Raisa tinggal wisuda aja, aman kok.” Juan terkekeh mengantarkan mereka sampai pintu keluar, baru kembali lagi padaa Raisa yang tiba tiba menangis. Melihat itu, Juan jadi gemas sendiri. dia datang kemudian memeluk Raisa. “Kenapa malah nangis?” “Malu… hiks… masa aku malah mau pingsan.” “Wajar, kan kamu kram perut, gugup juga.” Juan mengelus rambut Raisa, dia bahkan langsung p