Semoga kalian suka dan kalian puas dengan kisah yang aku sajikan kali ini?????Sebelum membaca kalian bisa pencet love atau follow terlebih dahulu, karena pencet love dan follow itu gratis gaiss, gratisss tiss tisss
Ayo pencet sekarang, aku tunggu sampai lima menit yaa...
.
.
.
.
.
Sudah lima menit, kuyy sekarang nikmati kisah Safir dan Aruna yang menggemaskan??????
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
Hari ini hari kedua baby Cila berada di rumah sakit. Kondisinya sudah semakin membaik dan setelah melakukan pemeriksaan ulang baby Cila sudah di perbolehkan pulang oleh dokter kalau keadaannya terus menunjukkan tanda-tanda positif.
Safir dan Aruna juga selalu setia berada di samping Cila dan menyemangati bayi itu agar segera pulih.
"Mas, udah jam delapan kamu masih mau santay-santay disini?" Aruna hanya memperingatkan Safir yang masih terlihat santai menggendong dan mengayun-ayunkan tubuh Cila.
"Aku hari ini kerja di rumah. Tolong hubungi semua klien yang meeting dengan aku hari ini dan juga cek semua email."
Rasanya Aruna ingin menepuk jidatnya sangat keras. Pagi-pagi dirinya sudah mendapat asupan sangat lezat dari si bos dictator. "Mas, tapi aku nggak bawa laptop."
"Pake laptop aku Aruna."
Aruna mendumel dalam hati. Ia berdoa semoga setelah laptop yang tengah ia bawa terbuka tiba-tiba Cila rewel dan membutuhkan dirinya.
Tapi ternyata tidak, Safir berhasil membuat Cila nyaman berada di dalam gendongan-nya. Aruna pasrah, takdirnya memang harus bekerja dimana pun, dan dalam keadaan apapun.
"Halo selamat pagi, saya Aruna Qistana perwakilan dari Farnas Grup ingin membicarakan tentang meeting yang akan di adakan pagi ini." Seperti biasanya. Suara Aruna terdengar halus dan ramah saat menghubungi klien.
Setelah mengobrol dengan beberapa klien yang memiliki janji dengan Safir Aruna bisa bernafas lega. Untung hari ini klien Safir semua ramah dan tak ada yang rewel.
"Sudah beres?" Tanya Safir.
"Sudah semua. Dari pihak PT Prismata juga sudah mengirimkan draf kontrak terlebih dahulu, nanti aku share ke email kamu."
"Oke, bagus. Terus Pak Haris bagaimana, tau kan dia siapa?"
Siapa yang tak kenal pengusaha super menyebalkan itu. Pengusaha super ngebet yang selalu perusahaann hadapi. "Dia mau besok meeting nggak boleh di tunda, katanya proyek di Kalimantan kemarin sudah ada titik terang."
"Yasudah, biar saya mengurus sisanya. Kamu mandi atau sarapan dulu, mumpung Cila masih anteng."
Aruna mengangguk semangat san segera masuk ke dalam kamar mandi dalam. Ia harus segera mandi karena sore kemarin dirinya tak sempat mandi saking sibuknya.
***
Siang hari dokter selesai memeriksa keadaan Cila dan hasil dari pemeriksaan itu kondisi Cila dinyatakan sudah membaik. Aruna juga di wanti-wanti untuk tidak membeli sembarang s**u dan juga bubur instan untuk Cila karena kekebalan tubuh bayi itu sangat rentan dan sangat mudah terserang penyakit.
Aruna membereskan seluruh barang-barang Cila dan segera meninggalkan ruang rawat itu.
"Setelah ini Cila nggak boleh kesini lagi, nggal boleh sakit-sakit lagi. Sehat terus ya sayang," ucap Aruna.
"Udah selesai?" Tanya Safir.
"Sudah." Aruna membawa seluruh barang-barang, sedangkan Safir menggendong Cila yang semakin hari semakin lengket padanya.
Dari rumah sakit mereka langsung menuju apartemen dan saling mengistirahatkan diri. Tapi, keduanya tak lagi satu kamar karena Aruna memprotes Safir dan berkata jujur kalau dirinya merasa tak nyaman.
Safir mengerti, pria itu memilih tidur di kamar lain sedangkan kamarnya Aruna yang menempati bersama Cila.
"Cila ayo bobok, mama ngantuk banget," ucap Aruna sambil menepuk-nepuk pelan paha Cila yang tak kunjung tidur.
"Atau kamu mau bobok sama Papa?"
Sudah jelas Cila tak menjawab. Bayi itu hanya memainkan jari tangannya serta bibir mungilnya yang terbuka dan tertutup.
Aruna mengembuskan nafas dan mengambil ponsel-nya di atas nakas. Ternyata Mengurus bayi lebih repot daripada mengurus berkas-berkas kantor.
Senyum lebarnya langsung terbit kala melihat ada notif dari Bayu Aji Prahitna.
Tak menunggu lama-lama Aruna langsung membuka pesan singkat itu.
"Runa, aku sudah pulang dari Singapore. Mari bertemu :)"
Aruna langsung bangkit dan membalas pesan itu dengan cepat.
"Bayuuu miss u so much!!!!! mari bertemu ...." Balas Aruna dengan senyum lebih lebar.
"Kamu mau ketemu dimana? jangan lupa ajak Popy ya, aku punya hadiah spesial buat kalian."
"Kafe depan apartemen aku aja, Bay. Aku juga mau cerita sesuatu sama kamu. Heheheee ...."
Aruna sangat senang Bayu Aji Prahitna, menghubunginya kembali setelah berbulan-bulan pria itu tak pernah mengaktifkan sosial media-nya karena kesibukannya di Singapore.
Bayu adalah sahabatnya dari kecil hingga sebesar ini. Dari dulu Bayu lah yang selalu berdiri di sampingnya dan memberinya semangat saat dirinya ingin menyerah menghadapi hidup.
"Bay, aku tunggu ya nanti jam tiga di Kafe." Balas Aruna sebelum ia menonaktifkan ponselnya. Cila tiba-tiba menangis meminta perhatiannya yang sibuk berbalas pesan dengan Bayu.
"Cup cup cup ... Cila haus ya." Aruna mengangkat tubuh Cila dan memberinya s**u yabg sudah ia siapkan.
"Cila mau apa, hmm?" Aruna meletakkan kembali botol s**u itu karena Cila tak mau menerima.
"Iya sayang, sabar ya mama ambil gendongan dulu terus kita jalan-jalan ke luar." Tak peduli kepala pening dan badannya yang remuk, karena yang ada dalam benaknya hanya bagaimana cara agar Cila bisa tenang dan tertidur damai.
"Cila kenapa?" Tanya Safir saat Aruna keluar dari kamar bersama Cila yang tengah merengek.
"Ngantuk terus nggak bisa bobok."
"Tumben, biasanya Cila kalau siang bobok terus."
Aruna hanya mengangkat bahunya tak paham dan membawa Aruna berjalan-jalan di dalam aprtemen saja agar bayi itu mau tenang.
"Dedek, nggak boleh rewel. Sini, sama Papa yuk," ucap Safir.
"Bukan-nya kamu lagi sibuk?" Aruna menoleh ke setumpuk pekerjaan di meja.
Safir menggeleng dan kekeh ingin membantu menenangkan Cila.
Dengan senang hati Aruna memberikan Cila pada Safir. "Terus aku bisa bantu-bantu apa?"
"Katanya kamu tadi pusing, tidur aja Cila biar sama aku."
Aruna menggeleng tak enak. Mana mungkin ia bisa tertidur nyenyak kalau pekerjaan Safir masih banyak tapi harus mengurus baby Cila juga.
"Udah kamu tidur aja, selama ini kamu yang banyak terjaga buat jaga Cila."
Akhirnya Aruna mengangguk meski dalam hati rasanya tak nyaman. "Aku ke kamar ya, kalau Cila tetep nangjs bangunin aku."
"Kamu tenang aja."
Aruna mempercayakan Cila sepenuhnya pada Safir. Ia yakin pria itu bisa menjaga Cila dengan baik.
***
Rasanya tubuh Aruna langsung terasa segar dan kembali semangat saat mendapat tidurnya siang ini. Ia menoleh ke jam dinding ternyata sudah pukul dua lebih, sedangakn ia akan mendatangi janjinya dengan bayu pukul tiga.
Aruna mengambil ponsel dan menghubungi Popy untuk mengabarkan janji-nya dengan Bayu.
"Popy, kamu siap-siap ya, kak bayu ajak kita ketemu," ucap Aruna setelah Popy mengangkat panggilan telfonnya.
"Hah? kak Bayu udah pulang emang?"
"Udah, makanya dia ngajak kita ketemu."
"Asikkk, di mana kak?"
"Di kafe depan aja, soalnya kakak bawa Cila."
"Aku mandi dulu, nanti tungguin ya kak."
"Iya adek. Yaudah kakak juga mau mandi dulu."
Beberapa bajunya memang sudah ia bawa ke kamar Safir, namun ia belum sempat menata di dalam lemari. Jadi Aruna mencari-cari dres yang cocok untuk ia pakai di dalam kopernya.
Setelah bertemu dengan dress pilihannya, ia segera mandi mumpung Cila masih bersama Safir.
Aruna bukan tipe wanita yang betah berlama-lama di kamar mandi. Setelah merasa tubuhnya sudah bersih dan wangi, ia segera mengakhiri mandinya.
Untuk urusan make up Aruna juga tak suka terlalu menor, hanya make up sederhana namun bisa merubah wajah ya menjadi cantik dan segar.
"Kamu mau kemana?" Tanya Safur yang baru saja mau masuk ke dalam kamarnya.
"Aku ajak Cila ke kafe depan boleh?"
"Nggak!"
Aruna terkejut mendengar jawab Safir. Ia kira Safir akan memeberinhs izin karena tempat itu cukup dekat.
"Cila baru sakit. Meskipun dokter sudah menyatakan sembuh tapi dia masih butuh istirahat cukup."
Ada benarnya ucapan Safir, tapi ia sudah terlanjur membuat janji dengan Bayu.
"Jadi, nggak boleh ya?" Semangat yang tadinya membara langsung hilang seketika.
"Kalau kamu mau pergi silahkan, tapai jangan bawa Cila!" Safir langsung membalikkan tubuhnya dan membawa Cila keluar kamar.
Aruna mendadak galau. Bayangan-bayang di benaknya hilang seketika. Padahal rasa rindunya pada Bayu sudah tak bisa ditahan-tahan lagi.
Aruna mengambil ponselnya dan menghubungi nomor bayu. "Halo, Bay kamu dimana?"
"Aku udah di kafe nih, kamu udah mau kesini?"
Mendengar jawaban Bayu, Aruna semakin tak enak dibuatnya. Jarak rumah Bayu dan apartemen-nya terbilang cukup jauh, dan pria itu sudah sampai rasanya tak pantas kalau ia membatalkan begitu saja.
"Bay, kalau kamu langsung ke apartemen aku aja nggak apa-apa? kayaknya aku nggak bisa kesana."
"Kenapa Run?"
"Nanti aku jelasin."
"Okey, aku ke apartemen kamu sekarang."
"Makasih ya Bay."
"Iya Aruna. Aku tutup dulu ya, mau bayar minum terus ke apartemen kamu."
Setelah panggilan keduanya berakhir Aruna keluar dari kamar dan menemui Safir lagi di kamar sebelahnya.
"Mas?"
"Kamu masih mau nekat pergi ke kafe?" Tanya-nya sinis.
"Nggak jadi, aku ketemu sama teman aku di apartemen aja. Nggak apa-apa kan aku bawa Cila?"
Setelah beberapa saat akhirnya Safir mengangguk.
Aruna tersenyum girang dan mengangkat tubuh Cila yang Safir baringkan di atas ranjang. "Aku bawa Cila ya, Mas."
Safir hanya menggumam dan meneruskan menonton acara televisi.
"Cila di lap aja ya, besok kalau udah sehat Cila mandi lagi." Aruna membaringkan Cila di atas ranjang dan melepas seluruh bajunya.
Seperti layaknya seorang ibu yang berpengalaman Aruna mengatasi Cila yang terus merengek saat ia mulai mengelap bagian tubuhnya dengan air hangat.
"Cup cup cup ... udah selesai dek. Sekarang cila pake baju lagi ya." Aruna mengambil baju lucu berwarna merah muda dan juga sarung tangan dan sarung kaki yang senada.
"Udah cantik dehh. Sekarang kita ke apartemen mama ya, nanti mama kenalin sama om Bayu."
"Yukk, let's go!!" Dengan semangat Aruna keluar dari dalam apartemen Safir dan menuju apartemennya sendiri.
Tak butuh waktu lama karena apartemennya dan Safir terletak bersebelahan.
"Haloo semua," ucap Aruna dengan suara penuh ceria karena Bayu dan Popy sudah duduk santai di ruang tamu.
"Aruna?" Bayu terlihat terkejut dan bingung melihat Aruna membawa seorang bayi.
"Halo Bay, gimana kabar kamu." Aruna mengambil duduk berhadapan dengan Bayu yang terus memandangnya lekat.
"Ka ... ka ... kamu udah nikah?" Tanya Bayu.
Aruna tertawa terbahak. "Belum Bay."
"Terus itu?"
"Itu Cila Kak Bay, anak angkat Kak Runa sama Pak Safir. Tau tuh mereka aneh banget belum nikah udah berani angkat anak." Jawab Popy mewakili Aruna.
"Jadi kamu mau menikah?" Dari mimik wajahnya Bayu terlihat sangat terkejut.
"Doakan Bay," jawab Aruna sambil tersenyum.
Bayu segara merubah mimik wajahnya. "Nih, aku tadi sempat beli beberapa makanan sama ini, oleh-oleh buat kalian." Bayu memberikan dua paper bag untuk Aruna dan Popy.
"Wah makasih kak Bayu." Popy langsung mengambil paper bag itu dan melihat isi-nya.
"Makasih ya, Bay," ucap Aruna.
Bayu mengangguk dan terus memperhatikan Aruna yang tengah menggendong Cila.
"Kenapa Bay?" Aruna merasa aneh dengan tatapan Bayi saat ini. Biasanya pria itu terlihat cerita dan banyak omong, tapi tiba-tibaa terlihat murung.
"Nggak apa-apa. Eh dia namanya siapa?"
"Namanya Cila, om Bayu." Jawab Aruna sambil menirukan suara anak kecil.
"Nama panjangnya siapa kak, aku lupa dari dulu pengen tanya," ucap Popy.
"Asyila Qistana Farnaz."
"Wahh, keren ya Qistana disandingin sama Farnaz." Gurau Popy.
"Ada-ada aja kamu Pop."
"Eh tapi serius kak Runa."
Mereka saling bercengkrama dengan hangat. Perlahan Bayu mulai bisa mencairkan suasana dan kembali dengan gaya khas recehnya.
****
Haloo gaiss udah update nihh ...
Jangan lupa buat pencet love biar kalian nggak ketinggalan cerita ini ya ...
Terus komen-komen terbaiknya juga di tunggu selalu, jadi jangan lupa tulis di kolom komentar ya gaisss♥️♥️
Follow akun author juga disarankan karena akan banyak cerita-ceeita bsru yang akan datang setiap bulannya. Insyaallah ....