Semoga kalian suka dan kalian puas dengan kisah yang aku sajikan kali ini?????Sebelum membaca kalian bisa pencet love atau follow terlebih dahulu, karena pencet love dan follow itu gratis gaiss, gratisss tiss tisss
Ayo pencet sekarang, aku tunggu sampai lima menit yaa...
.
.
.
.
.
Sudah lima menit, kuyy sekarang nikmati kisah Safir dan Aruna yang menggemaskan??????
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
Hari ini pertengkaran pertama Aruna dan Safir setelah mereka mulai menjalin hubungan. Tadi, saat dirinya tengah asyik bercanda dan bercengkrama dengan Bayu, tiba-tiba Safir datang dan berfikiran macam-macam tentang hubungannya dengan Bayu.
Tak segan, Safir sampai menarik tangan Aruna dengan kuat keluar dari dalam apartemen dan membawa Aruna masuk ke unit apartemen-nya. Bahkan Cila yang tertidur di dalam kamarnya ia tinggal begitu saja.
"Mas, sakit!" Aruna berusaha melepas cengkraman tangan Safir.
Safir melepas cengkramannya namun masih dengan wajah yang terlihat sangat dingin. "Kenapa kamu kasih aku harapan sebesar ini kalau di luar kamu punya orang lain?"
Aruna benar-benar tak menyangka pikiran Safir sependek ini. Meski tak sering, tapi Safir pernah melihat dirinya dan Bayu sebelumnya.
"Jujur, sebelum semuanya berjalan lebih jauh, Aruna. Kalau kamu memang tak ingin, aku bisa membubarkannya sekarang juga."
Meski terlihat tanpa ekspresi tapi Aruna bisa melihat berjuta kesedihan dan amarah di dalam mata Safir.
"Mas ...."
"Aku nggak apa-apa Aruna. Perasaan tak bisa dipaksa, sekuat apapun aku berusaha menahan kamu rasanya akan sia-sia saja."
"Mas, jangan begitu." Safir salah paham. Selama ini perlahan perasaan sayang bahkan cinta-nya mulai tumbuh subur dalam hatinya.
"Cila akan tinggal sama aku, aku yang akan membesarkan dia sendiri kamu jangan khawatir."
Tak tahan mendengar ocehan Safir Aruna langsung memeluk tubuh pria itu dan berharap emosi Safir bisa mereda.
Tapi ternyata tidak. Safir sama sekali tak menunjukkan respon apapun. Pria itu tetap berdiri kaku.
Aruna menggelengkan kepala pelan. Marahnya Safir memang tak membentak, tapi aura dingin yang ia keluarkan benar-benar menakut kan hati Aruna. "Enggak, aku nggak punya siapa-siapa selain kamu. Bayu, dia hanya sahabat aku."
Safir melepaskan pelukan Aruna dan menatap matanya sangat lekat dan lama. "Apa aku harus percaya?"
Aruna mengembuskan nafasnya secara perlahan. Ternyata, aslinya Safir seperti ini, sedikit kesalah pahaman dapat melebar kemana-mana. "Aku nggak maksa buat kamu percaya. Kalau kamu anggap aku wanita penting dalam hidup kamu, harusnya kamu tak menaruh curiga lebih sama aku."
"Aku, ketemu sama lelaki, ngobrol sama lelaki, bukan berarti aku punya hubungan spesial, Mas," Aruna berusaha memberi pengertian sebisanya. Ia paham, Safir bukan sembarang pria dia berbeda dengan pria-pria lain. Dibilang kurang pergaulan sebenarnya tidak, teman-teman Safir orang-orang elite semua. Tapi dalam urusan asmara dan wanita, Aruna rasa Safir belum memahami itu.
"Tapi tatapan orang itu berbeda," ucap Safir.
Aruna terkekeh. Berbeda dari mana-nya Aruna rasa semua biasa saja. Aruna juga tak merasa ada perbedaan. "Enggak Mas."
"Kalau kamu harus memilih, kamu pilih dia atau aku?"
"Jujur aku nggak bisa memilih karena kalian sama-sama berharga dalam hidup aku." Aruna sudah menganggap Bayu seperti saudaranya sendiri dia sangat baik dan selalu melindunginya dengan Popy. Sedangkan Safir, dia pria baik yang menawarkan kebahagiaan dan cinta.
"Kalau aku dan dia sama-sama terjatuh, tangan siapa yang akan kamu tarik duluan?"
"Kalau kamu memang orang yang Tuhan kirim buat menjadi ayah dari anak-anak aku, sudah pasti tangan kamu yang akan aku raih terlebih dahulu. Karena aku dan anak kita akan selalu membutuhkan kamu."
Aruna tersenyum saat Safir langsung mendekap tubuhnya erat. "Aku akan jadi seperti yang kamu harapkan. Terimakasih Aruna."
Aruna mengangguk dan membalas pelukan pertama yang ia lakukan bersama Safir.
"Terimakasih, kamu sudah bertahan sampai saat ini." Safir mengikis jarak di antara keduanya sambil mengusap lembut pipi Aruna.
Aruna mengangguk dan ikut tersenyum manis. Hatinya tiba-tiba merasa sangat berbunga-bunga, meski Safir hanya melakukan hal yang sederhana.
"Kamu nggak terpaksa kan jalanin ini semua?" Tanya Safir meyakinkan Aruna lagi.
"Perasaan nggak bisa dipaksa Mas. Kalau aku memang nggak ingin aku sudah mengatakan dari dulu."
Safir tersenyum dan mengecup kening Aruna cukup lama. "Yasudah, aku mau lanjut kerja lagi."
"Aku ketemu Bayu lagi boleh?"
Setelah mendapat izin Aruna kembali menemui Bayu lagi di apartemen-nya. Semoga pria itu tidak kesal padanya.
"Aruna kamu nggak apa-apa?" Tanya Bayu khawatir.
"Nggak apa-apa Bay, kenapa pada panik gitu sih?" Tanya Aruna sambil terkekeh.
"Kata Popy orang itu suka galak sama kamu."
Aruna semakin tertawa. Popy sebenarnya tak tahu bagaimana Safir, dia hanya sering mendengar curhatannya dan mengklaim sendiri kalau Safir itu suka jahat pada kakaknya. "Kalian tenang aja aku nggak apa-apa. Safir juga bukan orang yang jahat."
"Kamu serius Run, berhubungan sama dia?"
Aruna menggenggam tangan Bayu dan berusaha meyakinkan sahabatnya. "Bayu, kamu jangan terus-terusan khawatirin aku sama Popy. Kamu berhak mencari kebahagiaan kamu sendiri."
Bayu tak menjawab. Pria itu hanya memandang Aruna yang terlihat sumringah dengan tatapan tak bisa di artikan.
"Tapi kalau bahagiaku dengan bagaimana?" ucap Bayu membalas Aruna.
"Kamu tetap bersama kita Bay apapun yang terjadi. Kita sudah anggap kamu sebagai kakak kita, panutan kita, dan segalanya buat kita. Tapi, jangan sampai karena kita kamu lupa mencari kebahagia-an kamu."
Bayu tersenyum dan mengusap lembut kepala Aruna layaknya seorang kakak. "Kalau kamu sudah menikah, jangan pernah lupa sama aku."
"Nggak dong, Bay."
"Yasudah, kamu balik gih nanti di marahin calon suami. Aku bisa disini sama Popy."
Ini yang ia sangat suka dari Bayu, pria itu selalu bertutur kata lembut dan sangat penyabar. "Aku sudah izin kok, dia udah bolehin aku disini."
"Besok aku main kesini lagi, sekaramg kamu balik ke apartemen Safir. Aku nggak mau kamu berantem karena ada aku."
Aruna benar-benar merasa tak enak pada Bayu. "Bay, jangan begini aku jadi nggak enak sama kamu."
"Aku nggak apa-apa Aruna."
Aruna memandang Popy yang diam tak ikut campur urusan kakaknya. "Pop, temenin Kak Bayu ya."
Popy hanya mengangguk. Dari ekspresinya Popy terlihat tak suka dan sedikit sinis padanya. "Aku sama kak Bayu juga mau jalan-jalan."
"Jalan-jalan kemana?"
"Kak Runa nggak usah tau, kan kakak nggak bisa ikut!"
Aruna tiba-tiba merasa sedih. Bukan karena ia tak bisa ikut, tapi karena ucapan Popy yang sinis dan terlihat tak suka dengan sikapnya yang saat ini lebih memprioritaskan Cila dan Safir.
"Popy nggak boleh ngomong gitu," ucap Bayu memperingati.
Popy tak menjawab dan memilih pergi begitu saja.
"Udah, jangan sedih gitu. Popy mungkin lagi pengen manja-manja sama kamu tapi kamu nggak bisa."
Aruna tahu itu. Berhari-hari dirinya memang meninggalkan Popy sendiri karena Cila yang lebih membutuhkan perhatiannya. "Lusa dia udah balik ke kampus. Besok aku izin sama Safir kita jalan-jalan bertiga, Bay."
"Terus anak kamu gimana?"
"Cila maksud kamu?"
Bayu mengangguk.
"Kalau Safir izinin aku ajak sekalian Cila, kalau misal enggak, aku tetap usahain."
"Oke, besok aku jemput."
"Aku titip Popy ya. Maaf hari aku nggak bisa ikut."
Aruna mengambil Cila yang tidur di dalam kamarnya dan membawa bayi itu kembali ke apartemen Safir.
"Kok wajah kamu sedih gitu?" Tanya Safir.
Aruna duduk di samping Safir dan memangku Cila yang masih tertidur. "Popy marah sama aku."
"Marah kenapa?"
"Dia merasa kurang perhatian. Meskipun dia udah besar tapi ya begitu, kadang dia masih manja."
"Gara-gara kamu repot urusin Cila?"
Aruna tak mengangguk atau menggeleng. Ia sebenarnya hanya ingin berbagi bukan untuk protes.
"Kalau aku udah pulang dari kantor kamu temenin Popy nggak apa-apa, Cila bisa sama aku."
"Mas, aku nggak bermaksud protes atau mengeluh soal Cila," ucap Aruna merasa tak enak.
"Aku paham, Aruna. Kamu tenang aja, besok bawa Popy senang-senang."
Aruna tersenyum manis pada Safir. "Makasih ya, Mas."
Safir merangkul pundak Aruna dan mencium sekilas puncak kepalanya.
"Aku punya rencana."
"Apa?"
"Kalau Cila udah sembuh kita liburan berdua."
"Kamu serius?"
"Iya, kan biasanya kamu cuma liburan sama Popy, sekali-kali lah liburan sama aku."
"Iya mas."
*****
Haloo gaiss udah update nihh ...
Jangan lupa buat pencet love biar kalian nggak ketinggalan cerita ini ya ...
Terus komen-komen terbaiknya juga di tunggu selalu, jadi jangan lupa tulis di kolom komentar ya gaisss♥️♥️
Follow akun author juga disarankan karena akan banyak cerita-ceeita bsru yang akan datang setiap bulannya. Insyaallah ....