S E M B I L A N

1337 Kata
Aruna terpaksa gagal mengikuti kunjungan bisnis bersama Safir di Kalimantan karena kondisi Cila yang saat ini membutuhkan perhatian lebih. Dari semalam Cila terus-terusan rewel dan suhu tubuhnya sangat tinggi, selain itu Cila juga mengalami diare karena alergi dengan s**u formula yang ia minum saat ini. Tadi pagi sebelum Safir berangkat dia menemani Aruna membawa Cila ke rumah sakit. Dan dokter juga menyarankan agar Cila di rawat inap agar keadaannya bisa terus terpantau. Aruna sangat merasa bersalah membelikan s**u dengan merek baru untuk Cila. Pikirnya s**u yang ia beli kali ini akan lebih baik, nyatanya tidak sama sekali kondisi Cila malah semakin buruk. Aruna terus mendekap tubuh kecil Cila yang tak henti-hentinya menangis karena menahan sakit di tubuhnya. Ia benar-benar berjanji tak akan mengulangi kesalahannya lagi dan akan lebih selektif memilih apa saja yang akan masuk ke dalam mulut Cila. Bahkan Safir tadi juga tak segan memarahi dirinya saat tahu penyebab Cila sampai seperti. Safir menyalahkan kecerobohannya yang berakibat fatal. Saat ini Aruna menjaga Cila sendiri karena Bunda Safir baru saja berpamitan pulang karena tak enak badan dan akan kembali nanti malam saat suaminya sudah pulang. "Mas, jangan telfon terus kamu konsen aja kerja!" ucap Aruna kesal karena hampir setiap jam Safir menelfon dirinya. "Aku khawatir sama Cila," ucapnya. "Iya aku tau, tapi kan kamu harus fokus juga disana. Proyek di sana nggak main-main loh." "Sudah, semuanya sudah beres. Nanti malam aku langsung bisa pulang." Aruna tak habis pikir bagaimana bisa Safir senekat itu. Jadwal Safir disana seharusnya tiga hari, tapi dengan enteng pria itu mengatakan nanti malam akan kembali. "Mas, aku tau kamu orangnya nggak pernah ninggalin tanggung jawab. Jangan nekat, Cila udah baik-baik ajak ucap Aruna tak ingin Safir nanti terkena masalah karena kenekatannya. "Nggak, aku sudah selesaikan semuanya dan semua pihak sudah mengizinkan aku kembali nanti." "Tapi mas ..." "Udah Aruna kamu tenang aja." "Yasudah, kamu hati-hati ya." Setelah mengucap salam Aruna segera mematikan sambungan telfonnya. Ia hanya bisa berdoa semoga Cila cepat di beri kesembuhan dan Safi di beri keselamatan. Tubuh dan kepalanya terasa lelah hari ini. Dengan hati-hati Aruna menidurkan Cila yang sudah berhenti rewel ke atas brankar-nya. Aruna merebahkan tubuhnya di atas sofa sebentar mumpung Cila belum rewel dan meminta gendong lagi. *** Pukul sembilan malam Aruna masih menunggu Cila bersama Ayah dan Bunda Safir. Perhatian mereka dengan Cila juga sangat besar layaknya dengan cucu kandungnya sendiri. Melihat itu rasa penasaran Aruna semakin meronta-ronta. "Aruna kamu makan dulu, Cila biar sama Bunda nggak apa-apa," ucap Sinta sangat perhatian padanya. "Iya, nanti aja Bun takut kalau tiba-tiba Cila bangun terus nangis lagi." "Bunda salut sama kamu. Cila bukan anak kandung kamu, tapi kamu menjaga dia melebihi segalanya." Aruna tersipu malu. Bukan hanya dirinya sebenarnya tapi seluruh orang di sekitar Cila juga melakukan hal yang sama. "Terimakasih ya Aruna, kamu mau menerima Safir apa adanya," ucap Sinta lagi. Sebelum Aruna menjawab pintu ruang rawat Cila tiba-tiba terbuka dan mengangetkan seluruh orang yang ada di dalam. "Safir?" ucap Sinta heran karena anak lelakinya tiba-tiba sudah berada di sini lagi. Safir berjalan menyalami Ayah dan Bundanya terlebih dahulu dan mendekati Cila di ranjangnya. "Gimana Cila?" Tanya-nya pada Aruna. "Sudah mulai stabil tapi panasnya masih naik turun." Jawab Aruna. Saat Safir ingin mencium Cila, Aruna segera menahannya. "Kamu habis perjalanan jauh, mandi dulu." Safir mengangguk dan segera membersihkan diri di dalam kamar mandi yang berada di ruang rawat Cila. "Aruna, tumben Safir ke luar kota cuma sebentar." Tanya Sinta penasaran. "Harusnya tiga hari, bun. Tapi aku nggak tau gimana cara dia selesaiin itu semua." "Kalian tenang aja, Safir nggak akan melakukan hal yang ceroboh," ucap Aditya— Ayah Safir. * Saat ini Aruna dan Safir berjalan ber-iringan menuju kantin rumah sakit karena keduanya yang sama-sama belum mendapat asupan energi sejak tadi. "Kamu mau apa?" Tanya Aruna yang akan memesankan makan. "Kopi gulanya sedikit. Makannya sama kayak kamu aja." Aruna mengangguk dan segera memesan makan ke kantin yang masih buka. Setelah memesan Aruna kembali duduk di kursi yang berhadapan dengan Safir. "Kenapa?" Tanya Aruna, karena dari tadi Safir terus memperhatikannya dengan intens. "Maaf, tadi pagi aku marah-marah," ucap Safir terlihat sangat tulus. "Iya, nggak apa-apa kan emang aku yang ceroboh." Safir meraih tangan kanan Aruna yang berada di atas meja dan menggenggam-nya. "Makasih ya seharian udah jaga Cila." "Iya Mas kamu tenang aja, kan Cila calon anak aku juga." "Aku pengen cepat nikah sama kamu biar kita nggak punya jarak lagi." Aruna tersenyum tipis. Baru kali ini Aruna melihat Safir sangat mengingankan sesuatu. "Setelah Cila keluar dari rumah sakit aku bakal urus semuanya, pernikahannya kita percepat," ucap Safir tak tertahankan. "Kalau kita sudah nikah nanti kamu mau anak berapa?" Tanya Aruna bercanda sebenarnya, agar dirinya dan Safir bisa saling berdiskusi sebelum pernikahan nanti. Mendengar ucapan Aruna sepontan Safir memandang Aruna tak suka dan melepaskan genggamannya begitu saja. "Maksud kamu apa tanya seperti itu?" Jawab Safir sinis. "Kan aku cuma tanya, Mas buat persiapan diri aja kan aku juga sudah punya Cila jadi aku bisa kasih jarak." "Nggak!" ucap Safir terdengar frustasi. "Nggak apa?" "Kamu nggak boleh hamil dulu, Cila masih kecil, masih butuh kita!" Aruna menatap Safir heran. Kenapa Safir tiba-tiba sensi saat ia membahas tentang kehamilan. Padahal biasanya pria sangat antusias bila di ajak mengobrol tentang anak. "Makanan-nya udah datang fokus makan dulu," ucap Safir mengalihkan pembicaraan." Aruna masih belum bisa menebak mengapa sikap Safir tiba-tiba berubah sedrastis itu saat membahas kehamilan, tapi nanti Aruna akan menyelidiki sendiri mengapa calon suaminya bisa sampai seperti itu. *** Setelah dari kantin Safir dan Aruna segera kembali ke ruang rawat Cila karena lagi-lagi bayi itu terbangun dan mulai rewel. "Biar sama aku aja, Bun." Aruna mengambil alih Cila dari gendongan Sinta dan mulai mengayun-ayunkan tubuh kecil itu. "Bunda kalau capek pulang aja." Suruh Safir. "Nggak apa-apa nih, kita tinggal?" "Nggak apa-apa, Ayah sama Bunda pasti juga capek." "Yasudah kita pulang dulu, kalian jaga Cila baik-baik ya." Safir mencium punggung tangan Aditya dan Sinta bergantian. "Kalau ada apa-apa kalian hubungin bunda." Safir mengangguk dan mengantar kedua orang tuanya keluar dari ruangan. Sedangkan Aruna mulai menidurkan tubuh Cila lagi karena bayi itu sudah mulai berhenti menangis dan terlihat tenang. "Bobok ya sayang," ucapnya sambil menepuk-nepuk paha Cila perlahan. "Kalau kamu kamu tidur biar aku yang gantian jaga Cila." "Nggak apa-apa Mas, sebentar lagi kayak-nya Cila tidur lagi. Kita istirahat sama-sama." Safir mengangguk dan menunggu Aruna di sofa panjang. "Bobok lah bobok Cila ku yang tersayang, kalau tidak bobok digigit semut." Aruna menyanyikan lagu nina bobo untuk Cila dan berharap bayi itu cepat terlelap karena matanya sudah tak bisa terjaga terlalu lama. "Ternyata suara kamu bagus." Aruna menoleh ke arah Safir yang diam-diam menikmati suaranya. "Bisa aja kamu," jawabnya sambil tersenyum malu. Saat Cila sudah mulai terlelap, Aruna menaikkan selimut untuk bayi itu dan menghampiri Safir di atas sofa. "Aku juga mau di nina bobo-in kayak Cila." Safir merubah posisinya yang semula duduk kini berbaring di atas sofa dengan berbantalkan paha Aruna. Aruna terkekeh dan mengusap rambut lebat Safir lembut. "Ada-ada aja kamu tuh." Safir hanya terkekeh dan mulai memejamkan matanya menikmati sentuhan tangan Aruna yang begitu lembut di kepalanya. Pikirannya juga jadi melayang kemana-mana termasuk saat Aruna menanyakan soal kehamilannya tadi. Bukannya Safir tak mau memiliki keturunan dari Aruna, hanya saja ada sesuatu yang membuat Safir benar-benar tak bisa melihat orang hamil. Apalagi Aruna, orang yang paling dia dia cintai dan selalu ia jaga-jaga. *** Haloo gaiss update lagi nihh .... Gimana nih kisah Safir dan Aruna nggak kalah seru kann?? Jangan lupa pencet love biar kalian nggak ketinggalan update-an cerita ini dan juga tinggalkan komentar terbaik di kolom komentar ya ... Karena apa, antusias kalian itu sumber semangat aku banget loh gaisssss ♥️♥️♥️????? Eh jangan lupa follow akun author karena setiap bulannya akan ada cerita-cerita baruu loh gaiss ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN