Semoga kalian suka dan kalian puas dengan kisah yang aku sajikan kali ini?????Sebelum membaca kalian bisa pencet love atau follow terlebih dahulu, karena pencet love dan follow itu gratis gaiss, gratisss tiss tisss
Ayo pencet sekarang, aku tunggu sampai lima menit yaa...
.
.
.
.
.
Sudah lima menit, kuyy sekarang nikmati kisah Safir dan Aruna yang menggemaskan??????
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
Keesokan harinya tim yang Safir sewa untuk mengatur foto preweddingnya mendadak merubah konsep yang semula akan full di out door kini harus mereka lakukan di dalam kamar karena kaki Aruna membengkak dan tak bisa berjalan.
Aruna hanya bisa duduk diam sambil dirias oleh MUA. Kakinya terasa sangat nyut-nyutan. Andai kemarin foto prewedding mereka tidak batal karena ia cemburu buta dan kesleo, pasti hari ini ia dan para tim tak akan sibuk dan bingung mengatur konsep baru.
Dari pagi Safir juga sangat telaten mengompres dan juga mengoleskan salep pada kakinya yang bengkak karena ia harus cepat sembuh agar acara pertunangan yang akan di gelar beberapa hari lagi bisa lancar.
"Kamu kuat kan?" Tanya Safir yang sudah siap dengan pakaian casual.
Aruna mengangguk dengan wajah tak bersemangat.
"Yang semangat dong."
Aruna mencoba menunjukkan senyum terbaiknya.
"Make up-nya sudah selesai, mbak Aruna mau saya bantu ganti?"
Aruna mengangguk dan mencoba berdiri dengan satu kakinya. Namun, dengan sigap Safir langsung mengangkat tubuhnya dan berjalan menuju kamar mandi.
"Kamu nggak boleh banyak gerak dulu. Dari kemarin kan aku udah bilang kalau mau gerak kemana-mana bilang ke aku," ucap Safir.
"Sekarang rame, malu tau di gendong-gendong gini."
Safir menurunkan Aruna di atas kursi yang tim bawa dari luar. "Nggak usah malu, namanya juga sakit."
"Kalau sudah selesai, panggil saya lagi," ucap Safir pada perempuan yang akan membantu Aruna mengganti pakaiannya, lalu segera keluar.
**
Namanya juga fotografer handal dimana pun tempatnya dan bagaimanapun gayanya tetap terlihat bagus dan bermakna.
Meski bacground foto mereka kali ini hanya ranjang yang dihisasi kelambu dan bunga-bunga.
Entah bagaimana caranya konsep sangat sederhana ini benar-benar terlihat sangat menakjubkan dan membuat dua sejoli yang berpose mesra di atas ranjang itu terlihat menjadi objek yang sangat indah di pandang.
"Tolong di pegang yang kuat punggung mbak-nya dan wajahnya lebih didekatkan lagi."
Pose kali ini lebih intim dari sebelumnya. Aruna harus berpose setengah berbaring dan punggungnya di tahan kuat oleh tangan Safir yang berada di atas tubuhnya.
Jangan tanya lagi bagaimana rasanya, degub jantung Aruna benar-benar berpacu tidak karuan dan kilasan kejadian kemarin sore tiba-tiba kembali berputar di benaknya kala melihat wajah Safir yang semakin mendekat ke wajahnya.
"Nice!!" ucap sang fotografer mengakhiri pemotretan sesi satu.
Aruna benar-benar bisa bernafas lega saat wajah Safir mulai menjauh dari wajahnya.
"Saya lihat tadi kamar mandinya bagus, bagaimana kalau foto disana sekalian?" ucap sang fotografer.
"Memangnya bisa?" Tanya Safir heran.
"Bisa diatur, kalian tinggal ganti atasan aja. Safir ganti kaos putih, Aruna kalau bisa pake kaos tanpa lengan berwarna pink, terus rambutnya di kucir aja nanti."
"Serius nih?" Safir masih ragu karena ia baru mendengar foto prewedding di kamar mandi.
"Unik loh prewedding di kamar mandi, pasti nanti banyak yang ngikutin."
"Pak Safir percaya sama bung Randy, pasti bagus, romantis dan yang pasti aestatic banget." Sahut salah satu tim foto yang masih remaja.
"Safir dan Aruna ganti pakaian dulu, tim tolong siapin property dan juga lightting-nya."
Safir kembali mengangkat tubuh Aruna ke kamar mandi untuk berganti busana yang akan mereka gunakan.
"Unik banget ya foto dikamar mandi," ucap Aruna sambil terkekeh.
"Kamu setuju?"
Aruna mengangguk. Karena ia penasaran bagaimana hasil yang diciptakan dari foto di dalam kamar mandi.
"Mbak, kita berubah konsep ya, jadi mbak Aruna nanti pakai handuk aja di badan sama di rambut seolah-olah abis selesai mandi."
"Nggak! ngakk! Aruna harus pakai baju, terlalu v****r kalau pakai handuk!" Sahut Safir tak terima.
Perempuan bernama Siska itu langsung terkejut mendengar penolakan Safir. "Kan nggak sampai buka-bukaan."
"Nggak apa-apa, Mas kayak-nya lucu deh."
"Tapi kan aneh kalau kamu pake handuk."
"Udah, kita nurut aja pasti mereka lebih tau mana yang terbaik buat kita." Jawab Aruna yang sangat setuju tentang konsep kali ini.
"Yaudah."
"Kok ngambek." Aruna menatap Safir sambil cemberut.
"Nggak ngambek."
"Yaudah, kamu keluar sana aku mau siap-siap dulu disini."
Safir berjalan meninggalkan Aruna dan tim wardrop yang akan membantu Aruna berganti kostum dan mempercantik penampilannya.
*
Ucapan fotografer itu tak meleset. Foto mereka benar-benar terlihat sangat lucu.
Di dalam bath up keduanya duduk bersama dan meniup gelembung bersama-sama. Tak hanya itu saja, masih banyak gaya-gaya lain yang tak kalah lucu.
"Gimana, bagus kan?"
"Sip, bagus banget." Jawab Aruna antusias.
"Setelah ini kalian berendam di bath up ya," ucap sang fotografer.
Safir mengangkat tubuh Aruna dan mendudukannya di atas kursi sambil menunggu bath up terisi penuh.
"Foto prewedding kita mendadak ekstrim ya," ucap Safir sambil terkekeh.
"Iya, sayang banget gaun yang kita beli kemarin."
"Nggak apa-apa, buat foto keluarga nanti." Aruna mengangguk.
Setelah bath up terisi penuh keduanya langsung masuk dan kembali duduk bersama disana.
Tubuh keduanya tertutup busa sabun yang sangat tebal dan juga bunga mawar merah yang disebar di atasnya.
Safir yang berada di belakang tubuh Aruna di arahkan untuk memeluk tubuh Aruna. Sedangkan Aruna tangan Aruna menyilang di depan dadanya sambil memejamkan mata.
Pose kedua, mereka bermain busa sabun sambil tertawa bahagia.
Meski awalnya takut terlihat aneh, namun nyatanya mereka sangat enjoy dan sangat puas dengan foto prewedding dengan mengandalkan kamar dan juga kamar mandi.
***
Malam harinya setelah dinner sederhana di dalam kamar mereka hanya bisa duduk santai di atas ranjang sambil menyaksikan acara televisi karena Aruna harus full bed rest.
"Besok pagi kita jadi pulang kan?" Tanya Aruna yang sudah tak sabar untuk segera pulang.
"Sebenarnya jadwal kita masih tiga hari lagi disini, sambil kita sama-sama istirahat gimana kalau ngikut jadwal aja pulangnya."
"Tiga hari lagi?" Aruna menatap Safir kurang setuju karena ia akan lebih baik beristirahat di rumah karena ia masih bisa melihat kondisi Cila.
Safir mengangguk saja karena ia memiliki pendapat yang berbeda dengan Aruna.
"Aruna kalau di rumah kamu pasti nggak bisa full istirahat. Aku pun gitu, pasti ada aja yang perlu kita kerjain. Kalau disini kan enak kita bisa full istirahat sambil menikmati hidup." Safir sebenarnya juga sudah lelah terus bekerja dan memikirkan berkas-berkas kantor dan saham. Otak dan tubuhnya sangat perlu diistirahatkan.
"Iya sih, Mas. Tapi kan kasian Cila kalau kita tinggal lama-lama." Meski bukan anak kandung, tapi Cila sudah menjadi prioritas utamannya, karena Aruna merasa Cila sudah menjadi tanggung jawab yang harus ia jaga sebaik mungkin.
Safir merangkul bahu Aruna dan mencium puncak kepalanya. "Makasih sudah menjadi ibu yang baik untuk Cila."
Aruna menyandarkan kepalanya pada d**a bidang Safir sambil memainkan tangan pria itu.
Aruna mendongak dan bertanya dengan sedikit keraguan. "Mas, aku boleh nggak tanya tentang asal-usul Cila?"
Safir terlihat terkejut dan berdeham sebelum mulai menjawab pertanyaan Aruna. "Aku tau pasti selama ini kamu selalu bertanya-tanya siapa Cila sebenarnya. Aruna, aku nggak pernah bermaksud buat sembunyiin latar belakang Cila, tapi ...."
Safir memotong ucapannya dan terdiam cukup lama, membuat Aruna semakin penasaran siapa orang tua Cila.
"Tapi, kenapa Mas?" Tanya Aruna tak sabar mendengar penjelasan Safir.
"Sakit rasanya kalau cerita bagaimana Cila bisa sampai di tangan aku."
Aruna menarik tubuhnya dari dekapan Safir dan memandang calon suaminya bingung. "Mas, aku mau kamu jujur sama aku." Aruna memandang Safir dengan tatapan sangat memohon.
"Kamu ingat aku kecelakaan beberapa bulan yang lalu?"
Aruna masih mengingat jelas kecelakaan maut yang di alami Safir sampai pria itu harus di bawa ke rumah sakit Australia karena cidera parah di tangannya.
"Dari situ semua terjadi. Sahabat yang bersama saya tidak bisa di selamatkan dan meninggalkan istri dan juga anak yang masih di dalam kandungan." Safir mengambil nafasnya dan mengembuskan nafasnya secara perlahan agar perasaannya menjadi
"Kamu kenal kok siapa orang tua Cila," ucap Safir lagi.
"Aku, kenal?"
"Iya, kamu pasti kenal siapa dua sahabat saya yang sering datang ke kantor atau ke apartemen."
Aruna mulai mengingat, siapa orang yang paling sering mendatangi Safir. Dan ingatannya tertuju pada Aldi dan Safa —dua sahabat Safir yang paling sering ia jumpai.
"Pak Aldi?"
Safir mengangguk. "Aldi dan Safa orang tua kandung Safa."
Aruna menutup mulutnya tak menyangka kalau ternyata Aldi yang dulunya ia sering temui sliweran di apartemen Safir kini sudah tiada.
"Terus Mbak Safa?" Tanya Aruna lagi.
"Safa meninggal bunuh diri."
Aruna benar-benar tak menyangka kedua sejoli yang romantis itu kini sudah tiada dan meninggalkan bayi yang saat ini ia asuh.
Wajah Safir terlihat sangat terpukul saat menjelaskan tentang hal ini membuat Aruna jadi menyesal telah menyinggung tentang asal-usul Cila. Arun memeluk tubuh Safir dan mengucapkan kata maaf berkali-kali karena membuka kembali luka yang selama ini Safir coba sembuhkan sendiri.
"Nggak apa-apa, ini bukan salah kamu Aruna. Wajar kalau kamu ingin tahu siapa orang tua Cila yang sebenarnya."
"Maaf Mas, aku dulu pernah mengira Cila itu anak kamu dengan wanita lain."
"Bukan, setelah dengan Eliza aku enggak pernah berhubungan dengan wanita manapun selain kamu." Safir mengusap kepala Aruna lembut sambil menahan rasa sangat sesak di hatinya.
"Mas, maaf kalau aku tanya-nya totalitas. Kenapa Cila nggak di asuh sama keluarga mbak Safa atau Pak Aldi?"
"Sebelum meninggal Aldi kasih pesan kalau aku suruh gantiin peran dia jadi suami sekaligus ayah buat Cila karena saat masih sama-sama remaja kita pernah menjadi rival buat dapatin Safa."
Lagi-lagi Aruna di buat terkejut oleh pernyataan Safir. Bagaimana mungkin sahabat yang Aruna tahu sangat dekat dan sangat rukun dulunya pernah bersaing demi wanita?
"Kamu pasti heran gimana kita bisa menjadi sahabat."
Aruna mengangguk. Ia sangat penasaran tentang hal itu.
"Safa yang berhasil menyatukan kita. Dia juga yang menyadarkan aku kalau cinta tak harus memiliki, meski rasanya sangat sakit."
"Aku salah sangka ternyata, aku kira kamu nggak pernah berhubungan sama siapapun selama ini, tenyata banyak cewek di masa lalu kamu," ucap Aruna.
"Yang terpenting sekarang sudah jelas siapa wanita yang aku pilih akhirnya."
"Siapa coba?"
"Ya kamu lah."
Aruna terkekeh dan mengeratkan pelukannya pada tubuh Safir.
"Kalau kamu pasti mantannya banyak." Tebak Safir.
"Nggak, aku nggak pernah pacaran."
"Serius?"
Aruna mengangguk dalam pelukan Safir karena seluruh hidupnya ia gunakan untuk merawat Popy dan juga bekerja.
"Bayu?"
"Bayu cuma sahabat aku, Mas!" ucap Aruna kesal karena Safir terus meragukan hubungannya dengan Bayu.
"Bagus deh."
"Makanya jangan cemburu-cemburuan terus!"
"Iya-iya, sayang." Safir kembali mengecup puncak kepala Aruna dan kembali bercerita banyak hal.
****
Haloo gaiss udah update nihh ...
Jangan lupa buat pencet love biar kalian nggak ketinggalan cerita ini ya ...
Terus komen-komen terbaiknya juga di tunggu selalu, jadi jangan lupa tulis di kolom komentar ya gaisss♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
Follow akun author juga disarankan karena akan banyak cerita-ceeita bsru yang akan datang setiap bulannya. Insyaallah ....