Dibawah siraman cahaya perak, dewi malam nampak anggun duduk di singgasananya. Temaram cahayanya mengantarkan sepasang anak manusia mendaki bukit, melewati rimba dan jurang terjal hingga berakhir di gua kegelapan penuh kasih. Tempat bermuaranya cinta tanpa batas. Desahan demi desahan lolos begitu saja dari bibir Nadira, menandakan betapa ia hanyut dalam kenikmatan demi kenikmatan yang disajikan Kai untuknya. Kai terus mengungkung tubuh mungil itu, menyerangnya dengan hujaman dengan tempo tak menentu. Terkadang cepat, lalu kemudian melamban, dan hal itu sukses membuat Nadira menjerit frustasi. Serangan terus Kai berikan bertubi-tubi hingga Nadira mencapai puncaknya. Tak hanya sekali, tapi berulang kali. "Argh!" Kai mendesah disusul dengan hentakan cukup kuat yang membuat Nadira meringis