74. Tak berarti

1796 Kata

Wajah Nadira masih basah, matanya membengkak. Butiran bening pun masih terus mengalir meskipun telah berselang dua jam dari kejadian saat Kai memergokinya sedang tertidur dengan lelaki lain dalam satu ranjang, tanpa busana. "Mau sampai kapan kamu menangis?" Kai mengatakannya dengan pelan, tapi terasa sangat menusuk hati Nadira. "Apa lagi yang bisa aku katakan jika suamiku sendiri tidak mempercayaiku?" "Kau menghubungiku dan mengatakan kalau kau mau pulang, tapi apa yang terjadi? Tiga jam Pak Ujang menunggumu dan kau tak kunjung datang," suara Kai makin memberat, Nadira yakin jika suaminya sedang berusaha menahan amarahnya. "Setelah meneleponmu aku juga sudah keluar dari rumah sakit, tapi saat di lobi, Alby mencegatku." "Dan kau mau saja ikut dengannya? Karena dia mantan tunanganmu? A

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN