Usai membersihkan diri, Kai duduk di kursi kayu yang terletak di teras rumah. Sambil menikmati angin yang berhembus semilir, terasa begitu menyejukkan. Sekelebat, bayangan wajah cantik istrinya kembali melintas. Betapa percakapannya dengan Nadira tadi terus mengusiknya. "Apa aku bisa menjalani syarat yang kau ajukan tadi, sementara selama lebih dari seratus hari aku bagai mayat hidup yang kehilangan semangat hidupnya?" Monolog Kai. "Syarat apa yang Anda maksud, Tuan?" Gibran memasuki pekarangan. Wajahnya tertekuk, ia nampak begitu lelah. "Nadira memintaku untuk tidak menemuinya selama seminggu ini, dia meminta waktu untuk berpikir. Dia bilang akan memberikan jawaban setelahnya." "Maksud Tuan?" Mulai mengalirlah cerita demi cerita dari bibir Kai. Dia tahu jika ia tak bisa memendamnya s