Bi Tinah yang awalnya bersikeras tak mau buka mulut, pada akhirnya luluh saat Mutia mendesaknya. Diiringi derai air mata, mulai bergulirlah satu per satu cerita yang membuat d**a Arif terasa ditusuk ribuan jarum. Amat menyakitkan. "Pokoknya Mamah nggak mau tahu! Detik ini juga, laki-laki kejam itu harus meninggalkan anak kita. Mamah nggak akan pernah rela Dira diperlakukan seperti itu. Sudah cukup anak kita menderita, sekarang tidak lagi!" tegasnya. "Ya, biarkan Papah berpikir terlebih dulu," sahut Arif. "Mau berpikir sampai kapan lagi? Semuanya sudah jelas Pah!" Mutia mendengus. Dua insan itu saling bersitatap. Untuk pertama kalinya Arif melihat sisi lain yang berbeda dalam diri Mutia. Wanita kalem yang telah mendampingi hidupnya selama puluhan tahun itu terlihat begitu murka. Ya, me