93. Penolakan

1264 Kata

Suasana hening terasa mencekam dalam ruangan serba putih tersebut, hanya terdengar tarikan nafas dan jerit peralatan medis yang mendominasi. Kai terus memegangi tangan Nadira. Mulutnya terus bergerak merapal doa, sementara kepalanya terus tertunduk ke bawah. Berjuta sesal kian menyiksa dirinya, linangan air mata masih terus berjatuhan dengan diiringi kata 'maaf' yang terus terucap dari bibir pria itu. Seminggu telah berlalu dan Nadira sepertinya masih enggan meninggalkan alam bawah sadarnya. "Dira," panggil Kai. Matanya berbinar seiring dengan gerakan lamban yang dia rasakan. Berulang kali Nadira mengerjapkan mata demi bisa menyesuaikan penglihatannya. Cahaya lampu yang menggantung di langit-langit kamar sungguh menyilaukan. "Mah," satu kata yang lolos dari bibirnya. "Dira, kamu suda

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN