Nadira bangun dengan keadaan kacau pagi harinya. Wajah yang sembab dihiasi mata memerah dan bengkak. Sekarang bukan hanya tubuhnya saja yang terasa sakit, seolah ada yang mencubit hatinya dan rasanya jauh lebih sakit. Berbagai asumsi mulai berkeliaran dikepalanya. Bayangan Kai yang sedang memadu kasih berbagi keringat di atas ranjang, selalu mengganggunya. "Dira, Sayang ...," Nadira terkesiap, lamunannya buyar seketika begitu mendengar panggilan ibu mertuanya. "Dira ...," "Iya, Mi. Masuk saja, pintunya nggak dikunci," sahutnya dengan suara serak. Nadira melirik jam yang tergeletak di atas nakas, lalu menghembuskan nafas panjang. Pantas saja ibu mertuanya sampai datang ke kamarnya, ternyata hari sudah siang. Gadis itu terus merutuki dirinya yang untuk pertama kalinya dalam sepanjang h