Begitu pulang dari rumah sakit, Nadira langsung menuju kamar atas. Dia mendapat laporan dari Bi Tinah yang mengatakan kalau seharian ini Kai mengurung diri di dalam kamar. Perlahan Nadira memutar handle pintu. Suasana temaram dengan lampu tidur yang sedikit redup menyapanya, ia lalu menyalakan lampu utama. Sedetik kemudian, Nadira terpaku dengan mata membulat penuh. Botol minuman keras berjajar di sana, sementara Kai duduk di lantai setengah meringkuk. Bibirnya terus meracau meratapi kehidupannya, hubungannya yang membuat dilema, bahkan sesekali dia mengumpati Nadira. "Perempuan laknat! Jahat kamu! Inikah yang aku dapatkan dari rasa cintaku yang begitu tulus padamu," racaunya. "Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu, tapi ... tapi kau hanya mencintai hartaku saja." Nadira tak lagi s