Kai langsung merebahkan diri di pembaringan begitu selesai dengan ritual mandinya. Pria itu melipat satu tangannya yang ia jadikan bantal, sementara kedua kakinya menjuntai ke lantai. Matanya menatap langit-langit kamar. Sunyi. Hening. Di tengah kesendiriannya, Kai merasa sangat merindukan sosok itu. Alangkah berdosanya dia yang telah menyia-nyiakan istri sebaik Nadira. Menyiksa, melukai, mengumpat dan berbagai kelakuan tak terpuji lainnya senantiasa ia ciptakan. Rumah yang seharusnya ia jadikan surga untuk merajut hari penuh cinta, nyatanya ia jadikan tak ubahnya neraka. Di setiap sudut rumah, selalu ada kenangan di mana Nadira menitikkan air mata. Kai memejamkan mata, mendadak dadanya kembali sesak. Bayangan dirinya yang bak monster sedang menyiksa Nadira kembali terlintas. Kenapa b