Pagi itu, suasana kelas masih sepi. Hanya suara detik jam dinding dan kicauan burung di luar jendela yang menemani Adena. Ia duduk di bangkunya, berusaha menyelesaikan PR yang belum sempat ia kerjakan. Di tengah keheningan itu, terdengar suara yang memecah ketenangan. "Aku dengar, kamu enggak mau pulang dengan Ayah?" tanya Keysa, suaranya penuh nada dingin. Ia berdiri dengan angkuh di samping meja Adena, tatapannya penuh ejekan. Adena mendesah, tetap fokus pada bukunya tanpa menoleh. "Kenapa aku harus pulang ke rumah orang lain, kalau aku sudah memiliki rumahku sendiri," jawabnya datar, enggan memberikan perhatian lebih pada Keysa. "Oh, begitu," sahut Keysa dengan nada sinis. Ia menyandarkan diri pada meja Adena, semakin mendekatkan wajahnya. "Tapi bagaimana kalau aku katakan, bahwa kam