"Ibu bangga sama kamu. Kamu mau memaafkan ayahmu dan datang menjenguknya." Ibunya Adena memegang tangan sang putri dengan penuh kasih sayang. Wajahnya dipenuhi rasa bangga, meskipun ia tahu betul bagaimana perasaan Adena yang sebenarnya. Gadis itu telah mengalami banyak sekali penderitaan di masa lalu, ditinggalkan oleh ayahnya, Sugih, yang membuat hatinya luka. "Bu ..." Adena memegang tangan ibunya erat. "Bukankah ibu pernah bilang sama Adena, kalau kita tidak boleh dendam pada siapapun. Adena hanya sedang belajar dari ibu saja." Adena mengecup punggung tangan ibunya dengan lembut. "Iya. Kamu benar, Nak. Tapi ibu pikir, penderitaan kita ini sangat tidak mudah, sehingga ibu kaget mendengar kelapangan hati kamu," ungkap ibunya dengan suara gemetar. "Adena melakukan ini untuk ibu. Ayah