Keysa menatap Adena yang sedang berada di lapangan dengan teman-teman sekelasnya. Mereka tertawa dan bersorak, menikmati permainan voli dengan semangat yang menular. Mata Keysa tak bisa lepas dari sosok Adena, gadis yang dianggapnya sebagai sumber dari semua kesulitan dalam hidupnya.
Di tengah keramaian lapangan, Keysa kembali teringat kalimat yang diucapkan oleh Ayahnya tentang Adena. Bahwa gadis itu adalah adiknya, dan Keysa harus mencoba akrab dengannya. Namun, semakin sering ia melihat Adena, semakin tumbuh kebenciannya terhadap gadis itu.
"Aku benci padanya," gumam Keysa dengan suara yang penuh kebencian. Setiap kata yang keluar dari bibirnya terdengar seperti racun yang semakin meresap ke dalam hatinya.
"Bagaimana bisa Ayah menyukainya sedangkan aku adalah anak yang lahir dari hu
