Malam itu terasa panjang dan sunyi bagi Grisel. Ia sudah beberapa kali melangkah keluar kamar, berjalan perlahan menyusuri koridor rumah sakit yang diterangi cahaya lampu putih redup. Harapannya sederhana, menemukan seseorang yang masih terjaga, seseorang yang bisa diajak bicara walau sebentar saja. Namun yang didapatnya hanya kesunyian. Kursi tunggu di sepanjang koridor kosong, hanya ada bayangan dirinya sendiri yang memanjang di lantai. “Sepi sekali,” lirihnya dengan nada kecewa. Ia menoleh ke kiri dan kanan, tapi tak satu pun pasien lain yang tampak. Para perawat pun tak kelihatan, mungkin sedang berkumpul di ruang jaga. Dengan langkah berat, ia akhirnya menyerah dan memutuskan kembali ke kamar. “Semoga saja aku nggak mimpi buruk lagi malam ini,” gumamnya lirih sambil menutup pintu pe

