Grisel terdiam di kursinya, tapi pikirannya berputar liar. Seolah pintu masa lalu terbuka begitu saja tanpa bisa ia hentikan. Wajah Sakha muncul jelas di benaknya, sorot mata teduh itu, cara pria itu memanggil namanya dengan lembut, dan tawa kecilnya yang dulu selalu menenangkan. Semua terasa begitu dekat, padahal kenyataannya kini mereka berdiri di dunia yang sama sekali berbeda. Ingatan itu berlanjut tanpa ampun saat mereka berjalan di taman kecil dekat kantor, berbagi kopi hangat di sore hari, hingga momen ketika Sakha menariknya ke dalam pelukan tanpa kata-kata. Sentuhan bibir mereka kala itu begitu nyata, lembut, dan penuh janji yang kini hanya menyisakan luka di hati Grisel. Ia menggigit bibirnya pelan, mencoba menghapus bayangan itu, tapi semakin ditekan, semakin kuat kenangan itu

