Siva menatap layar komputernya dengan mata lelah. Jemarinya mengetik cepat, membuka berbagai situs tentang dasar-dasar laporan keuangan. Ia membaca satu per satu artikel dengan napas terengah, berusaha mencerna setiap kata secepat mungkin. “Jadi seperti ini cara bikinnya… aku harus belajar banyak,” gumamnya lirih. Pandangannya penuh tekanan, tapi juga berusaha menanamkan semangat. Di tengah kesibukan itu, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka pelan tanpa ketukan. Suara itu membuat Siva terlonjak kaget, jantungnya berdetak lebih cepat. Siapa yang berani membuka pintu ruang CEO tanpa izin? Seharusnya semua orang mengetuk lebih dulu, bukan sembarangan masuk. Ada rasa tak suka, bercampur gugup, dan juga kemarahan yang berusaha ia tahan. Perlahan ia memutar kursinya untuk menatap arah pin

