Arya duduk dengan santai, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang berkecamuk di dalam dadanya. "Kania, aku benar-benar nggak menyangka kalau malam ini kamu mau mengajak aku makan malam seperti ini," ucapnya dengan suara serak, tatapannya penuh harap yang terselip sendu. "Kamu benar-benar sudah memaafkan aku, 'kan?" Kania menatap dengan tenang. "Ya, aku sudah memaafkan kamu. Lagi pula, besok kamu akan pergi ke luar negeri. Untuk apa lagi kita menyimpan dendam?" Suaranya lembut, tapi ada ketegasan di balik setiap kata. "Apalagi kamu juga tahu, aku dan om kamu sebentar lagi akan menikah. Kita akan menjadi keluarga, nggak baik kalau harus bermusuhan." Arya menghela napas, mencoba menahan getar hatinya. "Tapi, Kania … apakah benar-benar nggak ada harapan sedikit pun untuk kita kembali bersama