Edward menunduk dalam sunyi sepanjang perjalanan menuju lokasi pernikahan. Jantungnya berdebar keras, seolah akan meledak, membentur d**a yang penuh gelisah. Tak pernah ia bayangkan, hari ini benar-benar datang—hari di mana ia akan mengikat janji suci dengan wanita yang telah lama menguasai hatinya, satu-satunya yang mampu menembus segala benteng di dalam jiwa yang rapuh. Di samping, Elisa duduk tenang, menyadari kegelisahan adiknya. Suaranya lembut dan penuh keyakinan mencoba meredakan badai di dalam d**a Edward, "Santai saja, Ed. Percayalah, semua akan baik-baik saja." Namun, keheningan di mobil itu tertutup kerut di dahi Arya yang duduk di samping pengemudi. Wajahnya cemberut, mata yang tajam menyembunyikan badai amarah dan kekecewaan yang berkecamuk. Meski terpaksa menyunggingkan sen