Beberapa saat menunggu tanpa sepatah kata pun keluar dari mulut Renata, kesunyian itu mengikis kesabaran Arya perlahan-lahan. Dadanya berdenyut, waktu yang berharga seolah tertelan sia-sia oleh kebisuan yang membelenggunya. Tangan Arya mengepal erat, sementara tatapannya yang tajam menusuk lurus ke arah sosok di depannya. "Sudah kuduga, kedatanganmu ke sini hanya untuk menggangguku. Lebih baik, kamu pergi sekarang juga!" Suaranya bergetar dengan tegas, nyaris seperti amukan yang siap meledak. "Kalau tidak, aku akan memanggil satpam untuk mengusirmu!" Renata menelan ludah, perasaannya berkecamuk. "Laki-laki sialan," gerutu hati kecilnya. "Kalau bukan karena papa yang memintaku, aku juga nggak akan sudi menemuimu, apalagi menikah dengan pria sepertimu." Namun, dia menahan amarah itu rapat