Alexa tahu kemana arah pembicaraan Tama, dia pun terdiam dengan wajah merah padam. Untungnya ini dalam keadaan remang-remang, kalau tidak, mungkin Tama bisa melihat rona merah di pipi Alexa. Tama mendadak merasa gugup juga, dia berniat untuk mengutarakan maksud hatinya untuk melamar Alexa. Meski tanpa proses pacaran karena selama hampir 7 tahun ini mereka sudah saling mengenal dan dekat satu sama lain, dan itu sudah lebih dari cukup bagi Tama untuk memantapkan hati mempersunting Alexa sebagai calon istrinya. “Alexa.” Alexa mengerjap kaget ketika Tama menyentuh tangannya, namun dia juga tak menolak atau bahkan menepis ketika lelaki itu meraih tangannya dan menggenggamnya dengan hangat. Tama terpaku sejenak lalu tersenyum geli merasakan gelepar halus tangan Alexa yang terasa dingin di d