Haris pun membenarkan hal itu. “Ya, sudah selesai!” katanya. “Belum!” tukas Laiqa, “langkah akhir untuk meyakinkan, untuk menjaga alibiku jika Revan marah karena aku menemui pacarnya itu, aku akan menemui Tante Sekar,” katanya. Haris mengerutkan kening sebentar, tapi lalu alisnya terangkat sambil tertawa. “Ah, ya-ya. Aku mengerti!” ujarnya, “kamu memang cerdas." Haris tersenyum sambil mengusap wajah Laiqa dengan sayang sebelum adiknya itu permisi pergi ke kamarnya. Sepeninggal Laiqa, Haris masih termangu sendiri di kursinya. Kepalanya saat ini dipenuhi bayangan Feeya, teringat kejadian terakhir kali ketika dia dan perempuan itu tanpa sengaja bertemu di depan kelas. “Revan, Revan. Pantas saja kau tergila-gila pada gadis itu, Feeya memang terlalu cantik untuk dibiarkan begitu saja tan