Ngidam.

1096 Kata

Feeya terpaku membaca itu, hatinya untuk sejenak merasa tersentuh namun setiap kalimat yang dijabarkan Laiqa tentang Revan terlanjur membuatnya benci. “Kebohongan apa lagi yang kamu baut, Mas. Aku sudah terlanjur benci, aku nggak mau mendengar apapun lagi!” bisiknya. Dihelanya nafas dalam-dalam sebelum akhirnya melemparkan ponsel di tangannya ke atas kasur begitu saja. Feeya tak mau tergoda lagi, sudah cukup semua bualan yang dikatakan Revan untuk menjeratnya dan membuatnya tak berdaya di dalam pelukan lelaki itu. Perlahan tangannya meraba perutnya yang masih rata, namun Feeya tahu ini hanya sementara dan tak lama lagi kehamilannya akan membesar seiring dengan bertumbuhnya bayi di dalam rahimnya. “Nak, maaf. Sepertinya kita akan hidup berdua saja, Mama tidak mau jika harus bersama ayah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN