Revan dibawa pulang ke rumah, dia terbangun dan meringis memegangi kepalanya. Dia tertegun ketika tangannya menyentuh kain yang membalut kepalanya itu. “Ini ….“ Revan mengerjap, sambil menahan sakit dia mencoba mengingat apa yang terjadi. “Orang itu ….“ Tangannya mengepal erat seiring dengan amarahnya yang kembali muncul, dia tiba-tiba diserang ketika sedang setengah mabuk dan itu membuatnya tak berdaya. “Siapa dia? Kenapa dia menyerangku?” gumamnya penuh tanda tanya. Ketika itu pintu kamarnya terbuka, Laiqa muncul kemudian sambil membawa nampan berisi sarapan dan obat untuk Revan. “Eh, sudah bangun, Mas!” sapanya riang seraya bergegas mendekat. Revan diam tak menyahut, dia memalingkan wajahnya ke arah lain. Namun Laiqa memang sudah membiasakan diri dengan sikap dingin Revan, demi