Airin menghela nafas dalam-dalam, lalu melempar pandangannya ke arah danau yang mana banyak orang menaiki wahana perahu angsa. “Sejak aku membuka mata dengan ingatan kosong, aku pun melihat kamu dan Nenek sebagai orang yang berbahaya,” ungkapnya yang membuat Arga tertegun. “Lalu?” “Ya, aku masih ingat bagaimana Nenek Bia menyentuh wajahku dengan lembut. Tatapan hangatnya membuat aku merasa aman dan nyaman, percaya jika kalian adalah benar keluargaku!” Arga mengepalkan tangannya, hatinya memberontak saat ini dengan berbagai perasaan berkecamuk di dalam kepalanya. Melihat senyuman riang di wajah Feeya, yang mana wanita ini kini hidup sebagai orang lain dan tak mengingat apapun tentang dirinya, dan itu semua karena perbuatannya. “Airin, apa yang harus kulakukan terhadapmu?” desahnya d