Mimisan.

1145 Kata

Airin muncul dari arah kamar mandi sambil meringis memegangi perutnya, wajahnya terlihat pucat dan kelihatan lemas. “Airin!” seru Nenek Bia yang langsung saja berdiri memburu pada perempuan itu, menggandengnya dengan wajah cemas. Sementar Arga hanya diam tanpa sedikit pun menoleh. Rahangnya mengeras, berusaha untuk tidak memperdulikan keadaan Airin yang kepayahan. “Mas, aku boleh minta tolong?” ucap Airin dengan lirih. Arga tak segera menyahut, sampai ketika Airin dan Nenek Bia duduk kembali di kursi. Nenek Bia menghembuskan nafas pelan seraya menatap Arga, kesal karena cucunya itu masih saja bersikap dingin. Arga bisa menangkap tatapan kesal neneknya itu, dia lalu menghela nafas berat, raut wajahnya sedikit berubah melunak kemudian menoleh pada Airin. “Ya, Airin. Kenapa?” tanyanya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN