Terima kasih.” Vei menerima minuman yang Gama berikan. Saat ini ia berada di rumah Gama mengingat rumah kontrakannya sudah hangus terbakar. Meski tidak sampai habis, tapi tak mungkin lagi ia tinggali. “Untuk sementara tinggal di sini saja,” tawar Gama seraya duduk di samping Vei. Vei mengangguk lemah dan menggenggam botol minumnya setelah meminumnya seteguk. Ia tertunduk, termenung memikirkan apa yang telah terjadi. Namun, yang lebih ia pikirkan adalah, Amel. Saat ayahnya menjemput Amel, ayahnya sama sekali tidak mengatakan apapun padanya apalagi Sandrina. Wanita itu hanya menangis saat membawa Amel masuk ke dalam mobil. Gama menatap Vei dalam diam kemudian berusaha mencairkan suasana. “Ini semua salahku.” Mendengar itu membuat Vei menoleh padanya. “Sepertinya, selalu saja terjadi