Vei masih menekuk wajah sambil menyedot minumannya. Saat ini ia dan Gama masih di pusat perbelanjaan dan tengah makan siang setelah sebelumnya dari toko pakaian dalam. Vei masih kesal dan malu karena Gama seenak jidat memilih dan membelikannya pakaian dalam. Dan yang membuatnya heran, pemuda itu memilih ukuran yang tepat seakan-akan tahu ukuran onderdil dalamnya. Gama masih berusaha menahan tawa. Ia tahu Vei tengah marah padanya. “Setelah ini kita beli apa lagi?” tanya Gama guna mengalihkan perhatian Vei. Ia memangku rahang dan tak melepas pemandangan sedikitpun darinya. “Tidak ada,” jawab Vei ketus. “Hei, bukankah kita belum beli sepatu?” kata Gama dengan menjentikkan jari seakan ia baru mengingatnya. Vei tersadar, Gama benar, ia belum membeli sepatu untuk bekerja. Vei melirik